Gas Elpiji 3,5 Kg Mulai Langka, Harganya Tembus Rp 33 Ribu
Memasuki hari ke-3 bulan Ramadhan gas Elpiji 3.5 kg di Kabupaten Kuningan bagian timur mulai langka. Warga desa harus rela berputar-putar keliling ke beberapa desa dengan jarak berkilometer demi mendapatkan gas bersubsidi itu. Bahkan ada yang sampai dua hari keliling ke desa-desa dan berakhir dengan keluhan di status media sosialnya. Dan sekalinya dapat harganya sampai Rp33.000,00.
Untungnya di rumahnya masih ada tungku tradisional sehingga selama dua hari masih bisa memasak menggunakan tungku iti. Mungkin akan lebih sulit lagi jika yang mengalaminya warga perkotaan. Ya itu mungkin salah satu keuntungan tinggal di pedesaan yang masih ada sedikit-sedikit kayu bakar yang dapat digunakan ketika gas Elpiji langka.
"Aduh beli gas putar-putar udah dua hari ke desa ini desa itu. Sekalinya dapet harganya Rp33.000,00. Terus ngantri lagi belinya." Begitulah tetangga kami mengeluhkan kesulitannya selama dua hari itu. Gas Elpiji saat bulan Ramadhan dan lebaran menjadi langka seolah sudah menjadi tradisi.
Sementara kemarin hari, Selasa, 28 April, tetangga saya yang lain mendapatkan gas elpiji 3.5 kg seharga Rp30.000,00. Pada hari biasa harga gas berkisar Rp20.000,00-an dan paling mahal Rp25.000. Saya sendiri karena memiliki dua tabung gas maka pada H-1 puasa keliling ke desa tetangga untuk antisipasi kelangkaan nantinya. Waktu itu harganya masih Rp20.000,00.
Namun per hari ini stok gas masih dalam taraf aman. Hanya saja gas yang baru datang akan langsung diserbu oleh warga dan harganya yang masih di atas biasanya.
Sementara harga bahan pokok lainnya terpantau normal. Stoknya masih memadai dan harganya pun relatif stabil. Warga di sini masih mudah mendapatkan bahan pokok dan belum terdengar keluhan kecuali pada gas elpiji.
Harapan kami sebagai rakyat kecil semoga harga sembako ini tetap aman dan stabil. Terlebih lagi saat ini kita sedang mengalami masa sulit akibat wabah Corona. Sehingga masyarakat dapat dengan tenang menjalankan ibadah puasa.