Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Wiraswasta

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Becawis, Kegiatan Seru Menuju Azan Magrib

20 Mei 2019   09:12 Diperbarui: 20 Mei 2019   09:22 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Becawis ialah kata lain dari menghidangkan makanan di meja makan untuk kemudian disantap bersama-sama. Masih ingat tidak, dulu saya pernah nulis tentang "Ngidang" di sebuah acara pernikahan? Nah, tradisi menghidangkan makanan untuk tamu ini sudah mulai jarang digunakan. Kalau ke acara kawinan, biasanya makanan dihidangkan secara prasmanan, bukan?

Becawis ini prinsipnya sama dengan Ngidang. Ya, sama-sama menata makanan di meja makan (atau di lantai menggunakan tikat). Terlebih di bulan Ramadan, becawis bisa jadi satu kegiatan yang seru. Gini-gini, walau saya anak cowok hehe, saya masih suka membantu ibu saya becawis mempersiapkan makanan untuk buka puasa. Kenapa?

Haha, jangan diketawain ya! Pertama, dengan membantu ibu becawis, itu berarti saya jadi orang terdepan yang  tahu ibu masak apa hari itu. Sebagai Palembangnese, mayoritas makanan yang dimasak biasanya olahan ikan.

Salah satu makanan kesukaan saya. Pindang patin. Khususnya bagian kepala :) dokpri
Salah satu makanan kesukaan saya. Pindang patin. Khususnya bagian kepala :) dokpri

Baca juga: Ada (Banyak) Cinta di Meja Makan

Nah, saya itu paling suka makan ikan bagian kepala. Sayangnya, di rumah bukan hanya saya yang suka makan kepala ikan hwhwhw. So, dengan ikutan becawis, berarti saya dapat memilih bagian ikan yang paling saya suka untuk saya makan nantinya wakakak. Hal yang sama juga berlaku di makanan lain, misalnya saja ayam. Bagian dada dengan sisa leher adalah bagian yang paling saya suka. Dan, demi merebut bagian itu, ya mau tidak mau saya harus ikut becawis.

Saya paling suka kalau Ramadan itu ya makan rame-ramenya. Nah, jika keponakan kebetulan berbuka puasa di rumah, lebih seru lagi. Ada yang bisa saya bully --eh, haha, bercanda. Biasanya, kalau ada ponakan, kami bisa saling bantu becawis. Seru aja denger celotehan mereka yang receh. Dari berebut piring, berebut posisi duduk, berebut irisan semangka. Pokoknya semarak!

Kalau yang makan banyak, ya becawisnya di lantai. Dokpri.
Kalau yang makan banyak, ya becawisnya di lantai. Dokpri.

Baca juga : Kocaknya Memperkenalkan Ibadah Puasa Ramadan ke Seorang Bule

Namun, lebih dari itu. Becawis sendiri kental dengan suasana kebersamaannya. Membantu ibu, jelas. Walaupun sepeleh ya, seperti menata piring, mengisi sirup di gelas atau menuangkan nasi. Tapi, bantuan kecil itu lumayan berarti jika dilakukan. Maklum, menjelang buka puasa itu kan suka rempong ya. Apalagi di keluarga kami memang biasanya makanan dihidangkan dalam kondisi hangat (bahkan panas). Jadi, becawis ini biasanya berlangsung 5-10 menit sebelum berbuka.

Salah satu makanan kesukaan saya. Pindang patin. Khususnya bagian kepala :) dokpri
Salah satu makanan kesukaan saya. Pindang patin. Khususnya bagian kepala :) dokpri

So, bayangkan saya jika semua hal dilakukan sendirian. Repot! Biasanya masing-masing berperan. Ada yang pecahin es batu, ada yang angkut piring dan lauk, ada juga yang masih stand by di kompor menunggu kuah pindang selesai dipanaskan.

Becawis memang tidak dapat dikatakan sebagai sebuah hobi. Ya, selain becawis, saya juga masih suka kok baca buku, ngaji --uhuk, benerin peci, olahraga (sebagaimana yang saya ceritakan di sini). Ya, gak setiap hari juga saya membantu becawis. Tapi jika kesempatan itu ada terutama jika ibu masak makanan spesial yang saya suka haha, saya sih biasanya relain untuk ikut berperan di kegiatan becawis itu.

Gimana, apa kamu juga suka membantu ibu menyiapkan makanan untuk berbuka? :)

Kompal (Kompasianer Palembang)
Kompal (Kompasianer Palembang)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun