Sungkowo
Sungkowo Guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Puasa Gadget Saat Kunjung Lebaran demi Akrabnya Trah

30 Maret 2025   13:54 Diperbarui: 30 Maret 2025   16:20 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puasa Gadget Saat Kunjung Lebaran demi Akrabnya Trah
Ilustrasi: Membangun keakraban saat kunjung Lebaran. (Shutterstock/Odua Images via Kompas.com)

Betapa bahagia orang-orang ini, yang bukan mustahil malah sebagai obat yang dapat menyembuhkannya dari sakit. Bahagia, atau lebih tepatnya gembira, adalah obat bukan?

Di dalam tradisi berkunjung tak ada anggota keluarga yang tertinggal. Semuanya ambil bagian. Baik yang kategorial dewasa maupun anak. Bahkan, yang masih dalam gendongan ibu saja diajak bersama.

Inilah yang kemudian dalam tradisi berkunjung dapat berhimpun keluarga besar dalam satu trah. Yang, sangat mungkin dalam jumlah banyak.

Mereka berasal dari tempat tinggal yang berbeda. Bisa dari dalam daerah; bisa juga dari luar daerah, bahkan luar negeri, baik jauh maupun dekat.

Sebab, prinsip hidup, khususnya, orang Jawa tempo dulu, "mangan ora mangan sing penting kumpul", yang artinya "makan tak makan yang penting berkumpul", sudah bergeser menjadi "sing penting mangan sanajan ora kumpul", yang artinya "yang penting makan sekalipun tak kumpul".

Pergeseran prinsip hidup ini yang membuat saudara dalam satu trah berdiaspora demi dapat bertahan hidup. Karenanya, kala ada momen yang memungkinkan mereka saling berkunjung, seperti saat Idul Fitri (2025), agaknya perlu dimanfaatkan secara lebih bermakna.

Komunikasi yang kurang terbentuk selama mereka berpencar atau tersebar sudah semestinya digarap secara intens. Sebab, saat berhimpun secara fisik, komunikasi yang terbentuk lebih utuh, lebih sempurna. Tak hanya komunikasi verbal, tetapi juga komunikasi fisik dan psikis.

Misalnya, mereka bisa saling bertatap muka, berjabat tangan, berpelukan, berhadap-hadapan, dan duduk berdekatan.

Pun dapat makan bersama sembari ngobrol berbagi berita dan kabar diri, bersenda gurau, dan tiduran bersama sekalipun barangkali cukup di kasur yang digelar di lantai karena jumlah anggota trah banyak.

Sementara itu, khusus yang anak-anak bermain bersama. Misalnya, berkejar-kejaran, petak umpet, pasaran, bermain bola, dan jenis permainan lain yang memungkinkan mereka melakukannya.

Hanya, memang, yang kategorial anak-anak, pun sepertinya yang kategorial remaja dan pemuda, tak semudah kategorial dewasa yang umumnya masih merasa dan mengetahui ada kedekatan hubungan. Sehingga, komunikasi akrab mudah dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Nunggu Bedug Makin Seru di Bukber Kompasianer

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.

Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun