Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.
Puasa Gadget Saat Kunjung Lebaran demi Akrabnya Trah
Sebagian dari kategorial anak-anak, remaja, dan pemuda tak demikian. Malah sangat mungkin mereka belum saling mengenal bahwa mereka sebetulnya ada dalam ikatan satu trah.
Tentu ada juga yang sekalipun mereka berjauhan, tetap saling mengenal dan akrab. Toh, sekarang ada media teknologi informasi yang membantu orang per orang membangun komunikasi.
Media teknologi informasi di satu sisi memang dapat untuk membangun kedekatan orang per orang. Tetapi, ternyata di sisi yang lain dapat menjauhkan orang per orang. Dan, yang disebut terakhir ini sangat riil.
Sebab, dalam penglihatan dan pengalaman kita sehari-hari, saat ini, dijumpai banyak orang, mungkin termasuk kita sendiri, tersandera oleh gadget. Sehingga, ada saja anggota keluarga berada bersama di rumah pun, tak selalu bisa menjalin hati.
Mereka memiliki konsentrasi sendiri-sendiri dengan memanfaatkan gadget. Anak-anak bermain game. Ibu membuka YouTube untuk kuliner. Ayah cari-cari peluang untuk sampingan agar ada tambahan masukan.
Dan, hal termaksud masih lumayan baik. Sebab, masih ada kebutuhan yang dipikirkan. Tentang kuliner, misalnya, ibu memikirkan kebutuhan keluarga. Tentang peluang mendapat tambahan masukan, ayah memikirkan mencukupi kebutuhan keluarga.
Tetapi, yang menyedihkan adalah kalau masing-masing bermediasosialan yang tak ada target positif dan produktif alias hanya untuk kepuasan pribadi belaka. Bukankah yang terakhir disebut ini, kini, sedang merajalela di masyarakat?
Anggota keluarga, yang berada dalam satu rumah saja, dapat digambarkan seperti di atas, yaitu terpisah satu dengan yang lain karena demi kepuasan atau kepentingan pribadi. Maka, yang secara fisik sudah terpisah sangat mungkin kurang, atau bahkan tak akrab, sekalipun berada dalam pertalian satu trah.
Itu sebabnya, saat Idul Fitri, yang melekat dengan tradisi berkunjung, yang memungkinkan anggota trah dapat berkumpul atau bersilaturahmi dalam suasana kebahagiaan dan kegembiraan, sayang kalau momen termaksud terabaikan. Momen ini dapat dimanfaatkan untuk membangun keakraban antaranggota trah.
Karenanya, kalau sebulan sudah berpuasa --dapat menghilangkan keinginan duniawi-- lalu memasuki kebahagiaan Lebaran, yang rohani; tentu selama kunjung Lebaran --dapat menyimpan gadget (kita)-- lalu memasuki keakraban untuk menghayati kebersamaan yang sangat berharga.
Ini waktu yang tak hanya suci, tetapi juga waktu untuk menjalin fisik dan hati. Yang, mungkin selama ini belum dapat terbentuk relasi nan akrab dan saling menghayati meski terlahir dari satu trah yang menyejarah.
Bercerita +SELENGKAPNYA
Ketemu di Ramadan

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.
Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025