Sekarang bekerja sebagai seorang Widyabasa Ahli Pertama. Memiliki kegemaran dalam bidang kepenulisan dan kesastraan. Sangat antusias terhadap teknologi dan game.
Sederhana adalah Sejatinya Ramadan
Saya mungkin tidak akan pandai menyampaikan ayat atau hadis yang memperkuat tulisan ini. Tapi tentang Ramadan yang harus kita sambut dengan sederhana bisa digambarkan lewat bagaimana Allah tidak menyukai umatnya untuk berlebih-lebihan. Apalagi soal Bulan Ramadan yang merupakan Bulan Mulia.
Puasa meminta kita untuk menahan berbagai macam hal untuk merasakan bagaimana hidup dengan kesusahan dan berbagai macam kekurangan. Tentu esensi itu harusnya bisa kita tangkap bukan dengan mencederainya melalui buka puasa dengan kalap atau lebaran dengan puluhan baju mahal yang memenuhi lemari.
Ini adalah tahun kedua saya bertiga dengan istri dan anak untuk berpuasa bersama-sama. Ini juga jadi tahun kedua kami untuk berpuasa di rumah kami yang belum jadi. Iya, kami bahkan tidak malu menyebut rumah yang kami tinggali saat ini adalah rumah belum jadi.
"Om, pesan air galon diantar ke rumah belum jadi di gang xxx." Begitulah kira-kira chat saya setiap kali kami minta diantarkan air isi ulang. Kami telah menetapi rumah kami dengan semua keterbatasannya lebih dari setahun.
Akibat dari rumah belum jadi itu. Saya bersama istri sepakat untuk menahan banyak pengeluaran keluarga untuk kembali menabung dan menuntaskan rumah yang kami huni ini hingga setidaknya jadi sebagaimana seharusnya. Buntut dari upaya kami untuk mengurangi porsi pengeluaran keluarga membuat Ramadan kami tahun ini juga harus sangat sederhana.
Kesederhanaan itu terpancar dari menu berbuka kami dan bagaimana kami berusaha tidak kalap ketika pergi keluar dan berburu takjil. Ramadan kali ini, kami hanya membeli satu jenis takjil lalu di rumah kami tambahkan dengan lima atau empat butir kurma yang lebih dari cukup untuk kami bertiga. Minuman kami juga sesekali saja membeli satu jenis es dan lebih banyak berbuka dengan air putih.
Setiap kali kami berbuka. Hidangan kami sangat pas. Tidak ingin menambah atau merasa kurang. Biasanya setelah itu kami akan makan makanan berat setelah sholat Maghrib atau setelah sholat Tarawih.
Tepat di hari kedua. Saya berujar pada istri.
"Ini kayaknya makna puasa sebenarnya. Kita harus diminta bersyukur atas apa yang kita miliki."