Cerita Tarawih Ramadan 2024 | Malam 16
Robbi kholaq thoha minnur
Fihih tirom, fihih tirom
Nadahu aqbil ya mukhtar
Antal amin, antal amin
Lammar taqoo baital ma'mur
Sholla imam, sholla imam
Waqoddana mirrobbihil,
Bahil jalil, bahil jalil
Nadahu aqbil ya mukhtar
Antal amin, antal amin
Inrumta antahdo bil khur
Yaumazziham, yaumazziham
Shalli ala bahil anwar
Ainal yaqin, ainal yaqin
Nadahu aqbil ya mukhtar
Antal amin, antal amin
Alhamdulillah, puasa di 10 kedua Ramadan tinggal beberapa hari lagi. Mungkin sudah mulai qunut ya. Semoga senantiasa masih dalam keadaan sehat mental dan fisik untuk menunaikan ibadah puasa hingga tuntas. Turun berkah dan pengampunan seluasnya.
Seperti biasa aku akan bercerita untuk menjangkau malam dingin, yang dinginnya begitu minta ampun. Cerita yang akan tetap berlanjut meski sekarang di sini sudah masuk musim penghujan hingga menyisakan genangan di ruas jalan. Cerita yang akan tetap ditulis meski sekarang aku tak bisa lagi menatap dinding kamar kenangan penuh cat putih yang dulunya, apalagi menelisik setiap sudutnya. Cerita yang akan membuat aku bertanya tanya dalam hati dan juga mengingat ngingat hal yang telah lewat namun tak pernah kupahami. Cerita Tarawih.
Udah terhitung 3 malam aku numpang tidur di pondok. Dingin banget sumpah rasanya dari kemarin, ini bakal turun hujan lagi apa gimana nih, alamat gak bakal kering cucian ini. Mana stok baju yang kubawa kemari udah kotor semua, malah pinjam baju punya orang.
Seharian di lapak sama Rya, ngobrol ngobrol, lanjut tadarus bareng. Ehh dilihat lihat kok lampu lalu lintas di perempatan depan lapak pada mati, tak lama kemudian malah terjadi kecelakaan dan anehnya tiba tiba lampunya langsung menyala setelah kejadian kecelakaan tadi.
Tiba azan isya, langsung ke masjid seberang, masjid Al-Mukarram. Melaksanakan shalat Tarawih yang hanya kulakukan 8, bagi yang 20 silahkan diteruskan. Ambil shaf paling ujung di belakang, yang di sebelahnya ternyata ada anaknya Mem Sri, si Bunga, yang kemarin ralat ya, itu bukan anak kedua tapi anak pertama. Cerdas anaknya, sampai cara yang benar untuk merapatkan dan meluruskan shaf saja sudah diketahuinya. Beda sama anak yang sebelahnya lagi, malah pindah pindah tempat, shaf direnggangkan. Akhirnya kutegur buat pindah ke tempat asalnya, dan merapatkan barisan shaf.
Bingung juga ya, kok shalat Tarawih 20 rakaat di Indonesia itu cepat sekali ya bacaan shalatnya. Orang lain kalau mau cepat ya 8 rakaat aja gak sih tapi bacaannya normal gitu, lah ini mau bertahan di 20 tapi malah jadi kayak orang kebelet
Dah sekian, segitu dulu ceritanya, semoga pembaca budiman masih sempat untuk mengunjungi halaman tulisan cerita aku. Sehat selalu.