Merindukan Berebut "Jaburan" Setelah Tarawih di Bulan Ramadhan
Saat-saat hadirnya Bulan Suci Ramadhan selalu saja dinantikan oleh seluruh umat muslim di penjuru dunia. Bukan hanya orang dewasa namun anak-anak pun juga demikian, tak pandang usia. Gegap gempita acara menyambut Bulan Suci Ramadhan selalu ada di setiap tempat, tentunya dengan kekhasannya masing-masing. Meriah dan sangat berkesan. Namun itu dulu, ketika pandemi belum hadir di tengah-tengah kita. Sedangkan saat ini, tak mungkin rasanya menyelenggarakan atau mengikuti kegiatan khas Ramadhan yang melibatkan banyak orang dan berpotensi memunculkan kerumunan. Walau begitu esensi dari Bulan Ramadhan sebagai media untuk meningkatkan ketakwaan tidak akan pudar. Sebaliknya, ujian pandemi ini benar-benar dapat menjadi instrumen tes keimanan dan ketakwaan.
Rasa rindu akan suasana khas ramadhan benar-benar sedang membuncah. Teringat memori bersama teman-teman beribadah bersama, bermain bersama, atau saling mengeluh bersama karena waktu berbuka puasa tak kunjung tiba. Namun hanya dapat mengenang saja sembari tertawa cekikikan mengingat suasana ramadhan yang berkesan pada masa sebelum pandemi datang. Benar-benar lekat dalam ingatan bercampur rindu menjadi satu, ingin sekali Ramadhan seperti dulu.
Berebut "Jaburan" Bersama Teman-teman
Berebut jaburan? Jaburan? Apa itu jaburan? Bagi sebagian orang pasti akan bertanya-tanya apa yang dimaksud dengan jaburan. Jaburan adalah makanan yang diberikan seorang dermawan kepada pengurus masjid yang nantinya dibagikan kepada jamaah selepas menjalankan ibadah sholat tarawih, begitulah kira-kira apa yang disebut jaburan di tempat saya, di Kota Ungaran.
Aneka macam jenis makanan dan kudapan tersedia di sudut masjid dan yang pasti sudah diincar oleh anak-anak ketika petugas masjid membagikannya selepas sholat tarawih. Ada bungkusan nasi dengan lauk yang masih misterius, ada jajanan pasar seperti lunpia, sosis solo, dan lain sebagainya. Menu makanan yang tersedia tidak tentu, bergantung pada penderma yang memberikan.
Tak peduli apapun isinya atau jenis makanan yang telah tersedia. Jaburan seakan menjadi simbol kemenangan bagi mereka yang mampu mendapatkannya. Rakaat terakhir merupakan saat-saat kritis dimana taktik dan strategi harus dapat diterapkan dengan efektif dan efisien, agar bisa mendapatkan jaburan dan tidak kehabisan. Ketika imam sholat melakukan salam, seketika terdengar suara "gruduk-gruduk", suara kaki dari anak-anak yang berlarian berebut jaburan. Sungguh mengasyikan saat-saat seperti itu, benar-benar khas Ramadhan.
Strategi Jitu Berebut "Jaburan"
Mendapatkan jaburan bak mendapatkan trophy liga champions. Bagaimana tidak, untuk mendapatkannya pun perlu strategi khusus yang efektif dan efisien. Perlu observasi lapangan yang mendalam pula sebelum strategi itu diterapkan. Saat tiba waktunya, kecepatan lari dan kelincahan pasti berpera dalam berhasil tidaknya mendapatkan jaburan. Begitulah tingkah lucu anak-anak. Selalu berhasil memberikan makna dan menciptakan suasana khas ramadhan yang saat ini benar-benar sangat dirindukan banyak orang.
Menyantap "Jaburan" Bersama-sama
Tingkah lucu anak-anak ketika berebut jaburan ternyata di dalamnya tersirat nilai-nilai luhur terkait kebersamaan dan saling berbagi. Memang, di awal mereka berkompetisi untuk mendapatkan hidangan-hidangan yang tersedia namun ketika mendapatkanya, mereka akan berkumpul di stuatu tempat, atau bisa disebut basecamp. Selanjutanya mereka pun akan saling berbagi meski terkadang saling ejek penuh tawa mewarnai. Ya, Kebersamaan dan saling berbagi. Mereka tidak egois, mereka saling berbagi kepada temannya yang tidak kebagian jatah jaburan. Sangat mengasyikan menghabiskan kudapan bersama-sama sebari tertawa ria dengan peci miring di kepala.