Himam Miladi
Himam Miladi Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Bukan dengan "Yang Manis", Beginilah Tuntunan Berbuka Puasa yang Benar

21 Mei 2019   00:35 Diperbarui: 21 Mei 2019   00:50 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukan dengan "Yang Manis", Beginilah Tuntunan Berbuka Puasa yang Benar
Berbuka puasa dengan kurma atau seteguk air (dokumentasi Himam Miladi)

kurma Ruthab (dokumentasi Himam Miladi)
kurma Ruthab (dokumentasi Himam Miladi)

Beberapa ulama juga berpendapat, timbulnya persepsi tentang berbuka dengan yang manis ini karena umat salah mengerti dan salah mengartikan kata halawah (manis). Kata halawah dalam kamus bahasa Arab memang berarti makanan yang rasanya manis. Namun tidak semua jenis makanan yang rasanya manis lantas disebut dengan halawah.

Orang Arab tidak menyebut batang tebu atau gula yang rasanya manis itu sebagai halawah. Orang Arab juga tidak mengenal dan mengatakan kolak pisang, bubur kacang hijau hingga es sirop yang manis itu sebagai halawah. Jadi, perbedaan pengertian tentang arti kata halawah inilah yang mungkin menjadi sebab timbulnya istilah "berbuka dengan yang manis".

Tidak dianjurkan untuk berbuka puasa dengan makan atau minum yang manis langsung

Dari sisi kesehatan, berbuka puasa langsung dengan makanan atau minuman yang manis juga sangat tidak dianjurkan. Saat berpuasa, tubuh kita kekurangan asupan gula sehingga menyebabkan tubuh terasa lemas.

Karena itu, saat berbuka puasa banyak orang yang memilih makanan atau minuman yang manis dengan anggapan hal ini tidak masalah karena selama setengah hari kita mengonsumsi apapun. Banyak pula yang berpikir dengan mengonsumsi segala jenis makanan dan minuman yang manis akan bisa mengembalikan energi yang hilang saat berpuasa.

Padahal, dengan langsung makan atau minum dengan yang manis, hal ini akan memicu penurunan kadar gula darah yang berimbas pada lemah dan lesunya tubuh kita usai berbuka puasa. Tak hanya itu, terlalu sering mengonsumsi makanan manis juga bisa memicu resistensi insulin sehingga bisa berimbas pada meningkatnya risiko terkena diabetes.

tidak dianjurkan berbuka puasa langsung makan/minum yang manis (dokumentasi Himam Miladi)
tidak dianjurkan berbuka puasa langsung makan/minum yang manis (dokumentasi Himam Miladi)

Lalu, bagaimana dengan mengonsumsi kurma kering (tamr) yang rasanya juga manis?

Dikutip dari situs doktersehat, pakar kesehatan menyebutkan bahwa kurma memiliki kandungan karbohidrat kompleks yang aman bagi kesehatan. Sementara itu, kandungan di dalam makanan atau minuman manis yang kerap kita konsumsi saat berbuka memiliki kandungan karbohidrat sederhana. Yang membedakan kedua jenis karbohidrat ini adalah, karbohidrat sederhana bisa berpengaruh buruk bagi kadar gula darah dan kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Berbuka dengan yang manis hanya bahasa iklan

Jadi bisa kita lihat, anjuran dari Rasulullah sebagaimana bunyi hadist beliau untuk berbuka dengan kurma, atau bila tidak ada cukup dengan seteguk air sudah tepat secara ilmiah. Kita tidak dianjurkan untuk langsung mengonsumsi makanan atau minuman yang manis-manis karena tidak baik untuk kesehatan tubuh kita.

Jika kemudian istilah "berbuka dengan yang manis" itu lebih populer dan malah dianggap sebagai anjuran dan tuntunan, itu karena kita sudah terjebak dalam bahasa iklan. Dalam konteks periklanan, setiap copywriter tentunya akan berusaha sebisa mungkin bagaimana produk yang mereka iklankan bisa mengena dan diterima masyarakat. Termasuk mengutip dan menyalahartikan sebuah hadist.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun