Keistimewaan Ramadan dalam Angka
Ayat ini memberi isyarat bahwa puasa adalah cara mendekatkan diri kepada Allah.
Bulan Ramadan juga menghadirkan suasana kerohanian khusus yang dialami banyak orang, suasana khas yang tidak didapatkan di bulan-bulan lainnya. Selama Ramadan, setiap muslim akan merasakan pengalaman spiritual khusus bersama Allah Swt. Pengalaman spiritual ini bisa dalam bentuk pemujaan kepada Allah melalui pelaksanaan ritual ibadah seperti salat, puasa, tadarus Al-Quran, zikir, zakat, sedekah dan berbagai amal kebaikan lainnya.
43.200 Menit Pengampunan dari Allah Swt
Menurut etimologi (akar kata) bahasa Arab, Ramadan berarti "membakar". Ia dinamai demikian karena karena ketika terjadi perubahan nama-nama bulan, yang kemudian dikenal dengan nama Hijriah, penduduk Mekkah menamai bulan-bulan sesuai dengan suasana iklim yang mereka alami ketika itu atau tradisi yang mereka lakukan. Penduduk Makkah menamakan Ramadan karena pada bulan ini suhu udara demikian panas dan membara hingga diibaratkan mampu membakar apa saja.
Ketika Allah mewajibkan umat Islam berpuasa di bulan Ramadan, hakikatnya pada bulan ini dosa-dosa manusia habis terbakar, buah dari keimanan, ketakwaan dan amal salehnya.
"Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadan karena keimanannya dan karena mengharap ridha Allah, maka dosa-dosa sebelumnya diampuni" (HR Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).
2.592.000 Detik Kebahagiaan
Jiwa setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk menuruti syahwat (hawa nafsu). Dengan beragam cara jiwa kita mengarahkan kita agar berbuat seperti halnya binatang buas yang tak pernah puas. Itu sebabnya Rasulullah Saw bersabda, jihad atau peperangan terbesar bagi setiap muslim adalah memerangi hawa nafsu.
Kata shaum yang diterjemahkan menjadi puasa memiliki makna menahan diri (dari hawa nafsu). Hakikatnya, puasa adalah menahan diri dari segala hawa nafsu seperti makan, minum, berhubungan intim dan hal-hal lain yang membatalkan puasa mulai terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari.
Orang yang beriman dengan sebenar-benarnya imemiliki kepuasan jiwa atau kebahagiaan manakala dirinya mampu menyerahkan diri hanya kepada Allah, tidak kepada hawa nafsu yang rendah.
"Setiap orang berpuasa selalu mendapat dua kebahagiaan, yaitu tatkala berbuka puasa dan saat bertemu dengan Tuhannya" (HR Bukhari).