Himam Miladi
Himam Miladi Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Jangan Jadikan Bukber Virtual sebagai Ajang Pamer Makanan

25 April 2021   07:22 Diperbarui: 25 April 2021   07:26 930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jangan Jadikan Bukber Virtual sebagai Ajang Pamer Makanan
Hakikatnya, bukber virtual adalah upaya dan sarana kita menyambung tali silaturahmi (ilustrasi: unsplash.com/Igor Miske)

"Kirim ke Bali,  ya Mbah", ujar anakku menimpali.

Nah, itulah yang kumaksud bukber virtual. 

Jadi menurut definisiku, bukber virtual tak harus dilakukan melalui panggilan video. Jaman aku tinggal di Bali dulu kan belum kenal WhatsApp, apalagi Zoom atau Google Meet. Maka bukber virtual-nya pun dilakukan lewat panggilan telepon biasa.

Dan, karena dilakukan secara virtual, makanannya pun hadir secara virtual juga. Saat Ibu mengatakan sedang memasak Rawon, kemudian ada aneka ragam takjil yang tersedia di musholla putri di rumah, gambaran makanan tersebut langsung membayang di pikiran.

Sampai sekarang, kebiasaan bukber virtual masih sering kulakukan. Di grup WhatsApp keluarga misalnya, aku dan saudara-saudaraku saling bertukar gambar makanan berbuka puasa. Kadang kalau ada foto makanan yang membuatku menelan ludah, kulempar guyonan minta dipaketkan ke Malang.

Tak hanya di grup keluarga, di beberapa grup WhatsApp yang kuikuti juga sering mengadakan bukber virtual. Dalam arti seperti yang sudah kujelaskan di atas, hanya sekedar mengirim gambar-gambar makanan yang dimasak sendiri.

Hakikatnya, bukber virtual adalah upaya dan sarana kita menyambung tali silaturahmi. Terlebih di masa pandemi seperti sekarang, ketika pergerakan dan aktivitas kita serba dibatasi. Malah dengan mengadakan bukber virtual, kita bisa tahu saudara atau teman mana yang sedang dalam kesulitan.

Oleh karena itu, saat bukber virtual bersama keluarga atau teman-teman, kedepankan niat silaturahmi tersebut. Jangan menjadikan bukber virtual sebagai ajang pamer masakan atau makanan.

Bukankah bulan Ramadan adalah bulan pengendalian diri dan bulan empati?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun