Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com
Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as
Memulai segalanya dari nol seperti sawah yang belum ditanami.
Buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau akhirnya jadi ibu rumah tangga? Seringkali ada pendapat demikian tatkala tahu kalau istriku yang menempuh S1 dan S2 di ITB kini di rumah saja. Padahal ia sudah memiliki Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN) dan juga berpengalaman mengajar di berbagai bimbingan belajar. Ibu yang pintar menjadi sebuah acuan bagi anak kami untuk mengejar ilmu setinggi mungkin. Ia memilih di rumah. Buahnya terlihat ketika pembelajaran jarak jauh. Ia menjadi guru (meski guru yang galak) bagi anakku, sambil menekuni hobinya, darahnya sebagai orang Minang: berdagang. Ya, ia berjualan busana muslimah dan perlengkapannya secara daring.
Aku membawamu membelah rimba yang tak tentu ini.
Tapi kau selalu tersenyum pada setiap jeda. Berkata, kita baik-baik saja.
Sesulit apa pun perjalanan itu, berujung pada keindahan yang kuatkan cinta kami berdua. Semua akan indah pada waktunya.
Seringkali aku merasa bersalah, seakan-akan membawanya ke dalam rimba kehidupan. Aku merasa belum menjadi imam yang baik. Apalagi tatkala sarjana, skripsinya begitu dipuji, dan ia memiliki peluang ke Eropa karena penelitiannya. Namun, aku memintanya menikah denganku dalam usia yang relatif muda. Tatkala pascasarjananya selesai, aku menghadiahi janin di rahimnya.
Town House dengan 1 tempat tidur di Alfaresort, Puncak. Bisa menjdi tempat kami menatap 10 tahun perjalanan.
Kini, setiap hari, ia selalu bangun lebih bagi dariku. Memasak sahur terlebih dahulu (enak sekali masakannya), baru membangunkanku ketika segalanya sudah siap. Dialah istriku, sumber segala kebahagiaan dan kesedihanku, pahlawan yang telah mengorbankan banyak hal dari dirinya untuk mengarungi hidup bersamaku. Karena itulah, aku ingin mengajaknya liburan. Ke Puncak. Ada Alfaresort dalam naungan Omega Hotel Management. Sudah 5 tahun kami tinggal di Tajurhalang, Bogor, tetapi belum sekali pun liburan ke Puncak. Cukup kamar Town House dengan 1 tempat tidur berfasilitas lengkap dan koneksi kencang. Anak-anak bisa berenang dan kami sejenak menghirup udara segar dan melupakan keriuhan kota.
Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?