Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as
Pesan Toleransi dalam Novel 4 Musim Cinta
Aku pribadi pernah merasakan konflik itu. Meski sebagai pihak ketiga yang menyaksikan dua pihak lain berseteru. Dan memang yang terjadi sesuai apa yang dibilang Abdur Arsyad, ada provokator yang mencoba mengambil untung dari situasi tersebut.
Saat itu aku berada di Sumbawa. Baru saja Sumbawa diberi penghargaan sebagai kota yang aman. Namun hari itu, ada demo yang bermula dari kesalahpahaman mengenai kematian seorang perempuan Sumbawa (Islam) yang meninggal karena kecelakaan saat berkendara bersama pacarnya yang orang Bali (Hindu). Demo yang mulanya aman dan tertib itu tiba-tiba ditunggangi massa misterius yang memicu kerusuhan terbesar di Sumbawa.
Toko-toko milik orang Bali dijarah, dibakar. Orang-orang Bali mengungsi hingga ke puncak-puncak bukit. Salah satu testimoni itu kudengarkan dari tukang pijat langgananku yang orang Bali. Dengan mata berkaca-kaca ia bercerita kehilangan segalanya dan bersama istrinya tinggal di dalam hutan.
Teringat betul puing-puing bangunan terbakar kulihat dengan mata kepala sendiri keesokan harinya. Dan air mata tumpah begitu saja tanpa bisa tertahan. Untungnya rekonsiliasi cepat terjadi karena ada kesadaran, memang ada yang memprovokasi dan mencoba mencari keuntungan politis dari meletusnya konflik tersebut.
Tahun-tahun belakangan toleransi paling banyak dijadikan gimik. Bahkan kebablasan. Seakan-akan harus ada keyakinan yang sama untuk mendefinisikan toleransi. Padahal cukup menjadi manusia untuk bisa toleran. Pertanyaannya, apakah kita sudah menjadi manusia?