Puji Hastuti
Puji Hastuti Dosen

Dosen Poltekkes Kemenkes Semarang

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Beli Nastar Sama Adik Ipar

15 Mei 2020   09:05 Diperbarui: 15 Mei 2020   18:18 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beli Nastar Sama Adik Ipar
Nastar favorit /dokpri

Pandemi Covid-19 tak lantas membunuh kreativitas. Di tengah-tengah kondisi yang serba terbatas masih ada jalan pintas. Tak bisa lagi bekerja dan berjualan di luar rumah seperti biasa, masih bisa produksi hanya dari rumah saja.

Ramadan kali ini memang unik. Ramadan kali ini memang beda. Bagaimana tidak? 

Kita ibadah dari rumah. Sholat tarawih di rumah. Mesjid yang biasanya penuh sesak di awal ramadan, kali ini banyak yang kosong melompong.  Bukan karena jamaah sudah enggan ke masjid, namun dihimbau untuk tidak ke sana.  

Orang-orang yang melaksanakan ibadah dihimbau untuk di rumah saja bersama keluarga. Sholat berjamaah, tadarus, tarowih di rumah saja. Kita semua dihimbau untuk tidak berkumpul atau mengadakan kegiatan yang mendatangkan orang banyak. 

Jaga jarak, sering cuci tangan, pakai masker adalah hal yang menjadi pedoman dalam melaksanakan segala aktivitas. Penularan corona yang begitu masif merupakan penyebab ketakutan tertular dan menularkan.

Bagaimana 1 orang yang positif di suatu wilayah akan menyebabkan semua orang yang kontak dengannya ditelusuri. Dimana alamatnya dicari, ketika sudah teridentifikasi dia juga akan dilakukan pemeriksaan. Adakah dirinya juga ikut positif atau negatif.

Ketika sudah teridentifikasi positif, maka akan ditelusuri lagi. Adakah yang kontak dengan penderita berikutnya? Pemeriksaan akan dilakukan kembali. Begitu seterusnya. Merepotkan sekali bukan? Sungguh bukan sebuah tugas yang bagi petugas gugus Covid-19. 

Repotnya petugas tersebut, dia tidak bisa tampil seperti biasanya. Berbaju necis dengan seragam yang tersetrika rapi. Wangi dan berpenampilan menarik. Memakai ID Card, jam tangan dan sedikit perhiasan.

 Tampilan yang sekarang dia akan seperti manusia yang dikirim ke luar angkasa. Memakai alat pelindung diri yang lengkap, tertutup rapat mulai dari muka hingga telapak kaki. Semua harus terbungkus rapat dan tak ada celah yang memungkinkan virus masuk.

Adapun penderita yang positif maka dia akan diisolasi. Kalaupun tanpa gejala, karena sudah berpotensi menularkan maka harus diisolasi. Tidak boleh lagi kontak dengan orang lain. Untuk keperluan sehari-harinya harus dilayani di ruang tersendiri. Situasi demikian bisa dijalani berhari-hari, berminggu-minggu hingga dinyatakan negatif.

Sedangkan bagi yang bergejala, maka dia akan dirawat di rumah sakit yang sudah ditunjuk. Di rumah sakitpun akan ditempatkan di ruang khusus. Mereka ditempatkan di ruang isolasi, ada yang masih bersama dengan penderita lain, ada yang di ruang tersendiri. Bahkan untuk yang bergejala lebih lanjut, sudah berada dalam kondisi gawat bisa jadi dirawat di ruang intensif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun