Rachmat Hendayana
Rachmat Hendayana Penulis

Peminat Sosial Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Jadikan Ruh "Idul Fitri" sebagai Marwah Dalam Kehidupan Sehari-hari

8 Mei 2022   00:00 Diperbarui: 8 Mei 2022   00:19 1357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jadikan Ruh "Idul Fitri" sebagai Marwah Dalam Kehidupan Sehari-hari
Sumber: Foto Freepik. Ilustrasi Menjalin Hubungan Baik Sesama Manusia

Mengutip Dr. Mukhtar Hadi, MSi dalam ummetro.ac.id (01/02/2022), Islam memandang menjaga kehormatan diri maupun kehormatan orang lain itu penting. Ajaran yang memerintahkan untuk menjaga kehormatan manusia itu dinamakan Muru'ah. Istilah ini kemudian sering disamakan maknanya dengan kata Marwah dalam Bahasa Indonesia.

Muru'ah  secara bahasa bermakna kehormatan dan harga diri. Sedangkan dari segi istilah, muru'ah adalah salah satu akhlak Islami yang dapat mengantarkan seseorang untuk memiliki jiwa yang bersih  dan tidak terkungkung dan di perbudak oleh nafsu syahwatnya.

Dalam pemahaman umum, kata marwah bermakna  integritas yang ada dalam diri seseorang. Harga diri, kehormatan, kesucian, kebaikan, kelembutan adalah marwah yang melekat pada setiap insan manusia. Ketika berhadapan dengan perempuan, bersikap lembut dan menjaga tetap lembut menjadi salah satu cara menjaga marwah itu.

Dalam perspektif Islam, sebagaimana dikutip Abdul Hafid dalam Kompas.com (16/4/2018), harga diri itu lebih berharga dan lebih mulia dari pada harta benda. Kehormatan diri adalah milik semua orang, apakah itu orang kaya, miskin, ilmuwan, pengusaha semua memiliki kehormatan diri. Harga diri itu juga bukan hanya dimiliki perempuan, lelakipun sama memilikinya. Oleh karena itu tidaklah patut jika orang menghinakan dirinya sendiri atau menghinakan orang lain.

Jika ditakdirkan miskin, jadilah orang miskin yang memiliki marwah dengan tetap terus berusaha dan berikhtiar mencari rezeki yang halal. Pantang meminta-minta atau menjadi pengemis. Bagi orang kaya, jadilah orang kaya yang bermartabat dengan tidak merasa sombong dan pongah apalagi disertai dengan merendahkan orang lain. Demikian juga bagi ilmuwan, jadilah ilmuwan yang bermartabat dengan menjunjung tinggi kejujuran akademik dan tetap bersikap rendah hati.

Marwah itu melekat pada diri kita masing-masing. Untuk menjaga marwah diri kita tidak bisa mengandalkan orang lain untuk menjaganya. Kitalah yang harus memelihara marwah dalam kehidupan sehari-hari.  Islam memandang, manusia itu berharga karena kemuliaannya, sedang kemuliaan seseorang itu bersumber dari kesabaran dan kebijaksanaannya. "Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang baik, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh" (QS. Al A'raaf ayat 199).

Jadi intinya, menjadikan ruh "Idul Fitri" sebagai marwah dalam kehidupan sehari-hari, mengandung makna yang luas tidak sekedar pengakuan kesalahan, dan menjadi pemaaf kepada sesama. Semangat beribadah yang menggebu-gebu di saat bulan Ramadhan jangan sampai tenggelam karena mengejar material duniawi. Selain itu, bersikap jujur dalam segala tindakan dan menjaga marwahnya sebagai orang bermartabat, merupakan ruh Idul Fitri yang harus dijunjung tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun