Cerita dari Seberang
"Le, kamu pulang gak lebaran ini?" tanya seorang ibu yang begitu merindukan kehadiran anaknya melalui sambungan telfon.
"Enggak mak, aku harus jaga posko lebaran ini," jawab si anak merasa bersalah.
Penggalan percakapan itu adalah salah satu dari ratusan orang yang tidak bisa mudik, demi keberlangsungan mudik ratusan ribu orang lainnya. Jangankan bisa mudik, bahkan mereka bisa-bisa tidak merasakan lebaran, karena harus berjaga tepat saat hari lebaran. Mereka harus sendirian jauh dari orang tua dan orang-orang yang dicintainya. Bahkan banyak dari mereka yang sudah lebih dari 3 lebaran tidak bisa berlebarang bersama keluarga.
Dimasa ini, setelah pemerintah membolehkan mudik, seharusnya menjadi kebahagiaan bagi banyak orang. Pertemuan saat mudik akan menjadi oase, setelah bertahun-tahun melewati gurun tanpa pertemuan. Tetapi apa daya, tugas harus tetap dijalankan dan kewajiban harus tetap dipenuhi, meski harus mengorbankan urusan pribadi.
Siapa sajakah orang-orang yang tidak bisa mudik sewaktu lebaran?
Mereka adalah orang-orang yang bekerja di bidang kesehatan, transportasi, serta kebencanaan. Mereka menjadi pengawal agar orang-orang bisa menikmati masa mudiknya. Apalagi sekarang ini ada potensi bencana baru yaitu meletusnya gunung krakatau yang dapat mengakibatkan tsunami. Dengan ini, banyak para pengabdi masyarakat yang harus siaga demi keselamatan masyarakat dan bangsa.
Mudik ke kampung halaman memang suatu yang wajib setiap tahunnya, apalagi jika kedua orang tua, masih hidup, karena tak ada yang tahu apa di tahun berikutnya, ketika kita bisa mudik ke kampung halaman, apakah masih bertemu dengan kedua orang tua atau tidak?
Lalu apakah yang harus dilakukan bagi orang-orang yang tidak bisa mudik ini?
Satu-satunya opsi bagi perantau yang tidak bisa mudik di hari lebaran adalah dengan mudik di momen lainnya. Seperti idul adha atau di saat liburan anak sekolah, tapi sayangnya, karena kebiasaan masyarakat kita yang pulang kampung saat lebaran idul fitri, tentunya tak banyak sanak-saudara yang dapat kita temui jika di momen liburan lainnya.
Pilihan ini adalah pilihan yang masuk akal, karena tetap bisa bersilaturahmi, tanpa harus ada yang dikorbankan.