Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com
Hati-Hati dengan Topik yang Menyakiti
Tapi ya begitulah hidup. Tuhan yang nentuin, kita yang jalanin, orang lain yang komentarin. Haha
Kok belum hamil?
Tolonglah persoalan anak dan kehamilan itu hak prerogatif Allah. Normalnya setiap pasangan yang sudah menikah pasti ingin memiliki anak. Tapi gimana kalau memang belum dipercaya menjadi orang tua.
Pertanyaan ini sebaiknya dihindari, karena kita tidak tahu seberapa besar mereka berjuang dalam usaha dan doanya agar segera memiliki anak. Lagian kalau pun sudah punya anak, suka ditanya kapan nambah lagi. Basa-basi seperti ini tidak akan pernah berakhir, jika memang tak ada pihak yang mengakhirinya.
Lalu kenapa muncul pertanyaan seperti ini?
Tentu kita tidak bisa menyalahkan sepenuhnya kepada si penanya. Bisa jadi mereka kebingungan mau memulai dengan topik apa saat bertemu kita. Apalagi bagi kita yang bertemu hanya setahun sekali, saat lebaran saja.
Nggak mungkin diem-dieman 'kan? Jadi mungkin hal-hal seputar pernikahan, pekerjaan, anak, itu yang mereka pikir bisa membuka obrolan dan situasi lebaran menjadi hangat.
Tapi kalau tidak ingin mendapat pertanyaan -- pertanyaan seperti ini, maka mulailah menjalin silaturahim dengan kerabat secara intens tidak hanya saat lebaran saja. Karena dari pengalaman saya, pertanyaan-pertanyaan tersebut datang dari kerabat yang jarang komunikasi dengan kita. Sebaliknya bagi yang intens berkomunikasi dengan kita, kecil kemungkinan akan bertanya seperti itu, karena setidaknya mereka sudah tahu kondisi kita bagaimana.
Jadi di balik pertanyaan-pertanyaan yang berpotensi menyakiti itu tersimpan makna dan hikmah yang besar. Suatu pesan agar kita senantiasa menjaga silaturahim dan hubungan baik dengan seluruh keluarga.
Baca Juga: Tips Menjaga Hubungan Tetap Baik
Caranya?
Sering nggak kita ngerasa sendiri di dunia ini, tapi pas lebaran ternyata saudara kita itu ternyata banyak juga. Nah, dari peristiwa silaturahim lebaran beberapa tahun lalu, saya mencoba inisiatif menelusuri dan mengumpulkan silsilah keluarga dari pihak ayah dan ibu. Setelah itu dicari tahu kontaknya, dan dikumpulkan dalam satu grup WhatsApp.