"Ramadhan Core" 2024 Nggak Cuma Jokes!?
RAMADAN CORE NGGAK CUMA JOKES !?
Bagi negara yang berpenduduk mayoritas muslim Ramadhan merupakan bulan yang sangat istimewa. Pada Ramadhan tahun 1445 H atau 2024 M kali ini,sadarkah bahwa sedang menjamur video-video yang akrab disebut sebagai "Ramadhan core 2024" di berbagai media sosial seperti tik-tok dan instagram? Di tengah kondisi masyarakat Indonesia yang majemuk apakah "fenomena" ini pernah direnungkan esensi keberadaannya? Bagi sebagian orang yang menganggap bahwa segala sesuatu tidak terjadi begitu saja, sepertinya ini bukan jokes alias guyonan semata!?
Realita memperlihatkan bahwa majemuk ialah istilah yang sangat related untuk disandangkan pada Indonesia. Kemajemukan yang ada diantaranya meliputi suku, ras, dan agama. Setelah penetapan calon presiden dan calon wakil presiden pada 18 November 2023 terlebih sejak memasuki masa kampanye pada 28 November 2023 kemajemukan menjadi sasaran empuk untuk mendulang suara. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap unit kemajemukan memiliki tingkat solidaritasnya masing-masing. Demi kepentingan pihak yang terlibat dalam kompetisi, terjadilah perpecahan suara terkait pilihan baik antar unit yang berbeda bahkan dalam unit itu sendiri. Meski "perbedaan pendapat adalah hal yang wajar dan harus dihormati" adalah kalimat yang sering digaungkan, namun rasa kesenjangan dan kerenggangan adalah hal yang tidak dapat dielakkan.
"inti" merupakan arti core yang diterjemahkan dari bahasa Inggris. Dalam penggunaan istilah "Ramadhan core",ia berarti sesuatu yang menarik perhatian terkait apapun yang terjadi pada bulan Ramadhan.
Salah satu jenis Ramadhan core ialah video-video yang berkonten tingkah dan kejadian lucu,unik,dan menarik. Salah satunya adalah "war berburu takjil". War berburu takjil singkatnya merupakan gambaran kompetisi antara umat islam yang berpuasa dengan orang lain yang tidak berpuasa alias muslim vs nonis dalam berburu takjil.
Sampai artikel ini diterbitkan war masih berlanjut dan sementara dimenangkan oleh nonis alias ketika orang yang sedang berpuasa mulai berburu takjil ternyata sebagian besar takjil telah habis terborong oleh nonis pada saat yang berpuasa tengah tidak berdaya. Salah satu gambaran interaksi atas ini tersaji pada unggahan akun tik tok atpotret yang menuai berbagai komentar. "tolong mentri agama nerbitin aturan kalo pas beli takjil harus bawa ktp", "besok saya jualan takjil tapi dengan papsport,ashadu...", "liat aja nanti pas paskah telur-telur bakal gue borong,paskahan sana pakai kinderjoy(ditambah emotikon menangis) adalah beberapa komentar yang terunggah. Bahkan terkait hal ini bersumber pada tik tok jabar ekspres, seorang pendeta mengangkat kisah ini menjadi sebuah khotbah.
Dari lontaran candaan pada kolom komentar terkait sebenarnya dapat dilihat dan dirasakan bahwa ini bukanlah sebuah perkataan serius yang berkonotasi negatif, melainkan sebuah candaan yang bernarasi ke arah toleransi, rasa cinta, dan kesyukuran atas kesadaran dan kemauan untuk saling berinteraksi lintas agama. Sebenarnya baik bagi netizen yang turut aktif berkomentar atau siapapun yang sekedar menyaksikan video Ramadhan core merasa nyaman dengan atmosfer ini. Atmosfer yang memberikan rasa hangat pada sosial kehidupan bermasyarakat. Sepertinya persatuan merupakan hal yang sedang terajut kembali dalam suasana ini.
Dengan kata lain arti esensi dari Ramadhan core ialah tidak membahas tentang narasi perselisihan, tidak membahas tentang tentang benar salah dan mana yang lebih baik antar agama. Namun lebih menitikberatkan pada perbaikan hubungan sosial masyarakat pasca pemilu. Ramadhan core menjadi pengingat bahwa ini merupakan saat dan momentum yang baik untuk kembali bersatu atas apapun yang telah terjadi. Ramadhan core mengajak kita untuk kembali mengawal pemerintahan yang dulunya membuat masyarakat agak renggang sebagai masyarakat yang utuh, tidak sebagai pendukung salah satu pihak melainkan sebagai pihak yang mendukung semua adalah satu.