Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Novelis

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Renungan Ramadan: Talenta Bagai Minyak dalam Buli-buli, Percayalah Rezeki akan Selalu Ada! Asal...

24 Maret 2023   12:14 Diperbarui: 25 Maret 2023   22:18 1061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Renungan Ramadan: Talenta Bagai Minyak dalam Buli-buli, Percayalah Rezeki akan Selalu Ada! Asal...
Ilustrasi via House of Prayer

Pernahkah dengar kisah dalam kitab suci Nabi Elia dengan janda di Sarfat? Apakah kita sekarang sedang ada dalam kondisi kesulitan hidup dan penuh masalah ibarat kisah janda tersebut?

Merasa bahwa tidak ada pertolongan, sudah tak memiliki sanak saudara dan keluarga, jauh dari siapa-siapa? Apalagi dalam bulan suci Ramadan ini, di mana kebutuhan ekonomi menjelang hari raya Idul Fitri meningkat pesat, harga-harga naik dan lain sebagainya?

Apa yang sudah ada pada kita sebenarnya adalah modal yang takkan pernah habis.

1. Kita semua sebenarnya memiliki potensi laten dalam diri bernama talenta. Siapapun kita, walau hanya satu dua saja, tentu memiliki hobi, minat, kelebihan dan kebisaan. Kita semua memiliki bakat dan potensi.

Masalahnya, seringkali diri kita sendiri (bukan orang lain, lho!) yang malah mengecilkan dan menyepelekan bakat kita sendiri. Malu, rewel, terlalu panjang pikir dan ragu-ragu.

"Ah, siapa 'sih saya? Apa pengaruhnya? Saya tidak terkenal. Saya tidak punya modal." dan lain sebagainya.

Berhentilah mengecilkan atau merendahkan diri. Coba telisik dan dalami bakat Anda itu. Jadikanlah modal, sebuah kail, sebuah buli-buli minyak dalam tangan.

2. Kadang kita menganggap kecil dan rendah gaji dari apapun pekerjaan yang sudah kita miliki dan begitu mendapatkan hasilnya, kita menganggap remeh dan receh, lalu enggan melanjutkan apa yang sudah mulai stabil. Mengapa kita tak bisa bersyukur dengan seberapa saja yang sudah kita terima dalam genggaman?

Karena saya seorang penulis lepas, inilah sebuah contoh nyata. Banyak penulis online misalnya langsung mengharapkan gajian ratusan Dolar (atau juga dalam jumlah jutaan Rupiah). Padahal untuk bisa mencapai nominal itu belum tentu mudah dan bahkan belum tentu juga amanah. Lebih baik jika kita berusaha mendayagunakan apa saja yang ada dan bangga walau hanya mendapatkan beberapa puluh atau ratus ribu Rupiah saja.

3. Lebih baik kita berpikir dan percaya sepenuh hati jika Tuhan Yang Maha Esa bisa memberikan kita jauh lebih banyak dan besar lagi jika yang kecil saja sudah bisa kita hargai dan jalankan. Setia dalam perkara kecil berarti siap juga dalam menerima perkara besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun