aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope
Tema Film Religi dan Tantangan Terbesarnya
Sebuah film religi dan atau rohani apapun itu sesungguhnya bukan hanya semata-mata sinema atau film berdasarkan Agama Islam atau agama lain tertentu saja. Mengapa?
Jangan kita hanya terfokus pada kata religi. Sebenarnya film apapun, sama seperti bentuk seni dan media hiburan lainnya, adalah salah satu sarana ekspresi paling luar biasa yang disukai banyak orang.
Sama bahkan lebih besar pengaruhnya karena merupakan sajian media audio visual yang bisa dijadikan patokan hidup banyak orang.
Film religi selama ini diartikan hanya berfokus pada Agama Islam (atau agama lain) yang membuat film terkesan memihak, kurang bisa menjangkau kalangan di luar agama, bahkan terkesan kaku dan membosankan.
Banyak cara telah dilakukan antara lain dengan memberi bumbu romansa agar sebuah film religi menjadi lebih menarik. Akan tetapi acapkali pemberian bumbu-bumbu ini malah menjadi sesuatu yang berlebihan atau menjerumuskan.
Misalnya (karena masih dalam topik Bulan Suci Ramadan, saat ini dibahas dari contoh Agama Islam) pemahaman mengenai boleh tidaknya seorang suami Muslim memiliki lebih dari satu istri dalam Agama Islam/berpoligami, seperti dalam beberapa contoh film religi populer seperti Ayat-ayat Cinta, Surga yang Tak Dirindukan atau Layangan Putus. Tentunya tidak mudah membawakannya menjadi tema sebuah cerita atau bahkan sebuah film.
Rekan sineas dan penggiat sinema Indonesia! Agar tidak hanya menjadi sebuah karya sinema yang hanya viral bin kontroversial, dibutuhkan lebih dari sekadar kreativitas belaka.
Opini-opini pribadi saya mengenai apa yang perlu ditingkatkan:
1. Sebuah film religi hendaknya mampu menjadi film pembawa edukasi positif, mencerahkan dan membangun bagi semua agama, bukan hanya sarana bagi agama tertentu saja.
2. Sebuah film religi hendaknya bukan hanya dibuat berdasarkan kisah viral yang sejujurnya sangat minim unsur pendidikan dan hanya dilabeli religi agar mendapat atensi dan pemasukan besar semata-mata (alias hanya dikemas sebagai hiburan belaka) melainkan mampu berevolusi dalam berbagai topik di luar tema romansa dan pernikahan semata-mata.