Retno Endrastuti (IBUN ENOK)
Retno Endrastuti (IBUN ENOK) Human Resources

Menyukai tulisan2 ringan dengan topik psikologi populer, perencanaan kota dan daerah, kuliner, handycraft, gardening, travelling...terutama yang kekinian

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Memaknai Ta'jil yang Sebenarnya

19 Maret 2024   12:00 Diperbarui: 19 Maret 2024   12:14 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memaknai Ta'jil yang Sebenarnya
Sumber gambar : MasukSini.com

Sobat Kompasiana, pasti tak asing dengan kata ta'jil, apalagi kalau memasuki bulan Ramadan seperti ini. Orang sering salah kaprah mengartikan kata ta'jil sebagai makanan buka puasa, karena awalnya berbagai media massa menyebut makanan buka puasa sebagai ta'jil. Kita pun sebagai orang awam menjadi kompromis terhadap istilah ini dan terbiasa menyebut makanan pembuka puasa menjadi ta'jil.

Lalu, apa sebenarnya makna ta'jil yang sebenarnya?

Kata takjil menurut situs id.quora.com merupakan kata serapan dari kata taʿjīl dalam bahasa Arab yang merupakan kata benda verbal dari ʿajjala yang berarti "mempercepat". Kata tersebut berakar dari kata ʿ-j-l yang memiliki makna yang melingkupi persegeraan atau percepatan. Sebagai contoh, salah satu kata yang juga berakar dari kata tersebut, mustaʿjal, bermakna urgen atau mendesak.

Jadi, sebenarnya ta'jil bermakna mempercepat atau menyegerakan. Tidak ada hubungannya sama sekali dengan makanan buka puasa. Seperti halnya hadits Nabi Muhammad SAW (HR. Muttafaq alaih) : “La yazalunn asu bikhairin ma ‘ajjaluuhul fithra, yang artinya: Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka (puasa).

Sobat Kompasiana jangan salah sebut lagi ya. Misalnya kita akan mengatakan akan berta'jil dengan kurma, maka pemaknaan yang benar adalah kita akan menyegerakan berbuka puasa dengan kurma, bukan "makanan berbuka puasa" kita adalah kurma.

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun