M Rhofikha Nur R
M Rhofikha Nur R Mahasiswa

Pemakan nasi

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Keramaian di Yogya Setelah Hari Raya Idul Fitri

17 April 2024   04:20 Diperbarui: 17 April 2024   04:46 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keramaian di Yogya Setelah Hari Raya Idul Fitri
Dok pribadi


Hari Lebaran telah berlalu, namun efeknya kepadatan di jalanan, khususnya di kota Yogyakarta. Jalanan yang biasanya ramai kini semakin padat dengan kendaraan. Mobil dengan plat nomor luar kota mendominasi pemandangan, meningkatkan kemacetan di beberapa ruas jalan. Fenomena ini bukanlah hal baru, namun setiap tahunnya terasa semakin menggelisahkan bagi para pengguna jalan.

Lebaran merupakan momen yang dinantikan oleh umat Muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Setelah sebulan penuh menjalani ibadah puasa, saatnya merayakan kemenangan dengan berkumpul bersama keluarga dan sanak saudara. Namun, kegembiraan ini seringkali diiringi dengan tantangan besar, terutama dalam hal mobilitas.

Salah satu efek samping dari perayaan Lebaran adalah meningkatnya jumlah kendaraan yang melintasi jalanan. Para pemudik dari berbagai kota dan daerah berbondong-bondong menuju kampung halaman untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarga. Hal ini menyebabkan lonjakan lalu lintas yang signifikan, terutama di kota-kota besar seperti Yogyakarta.

Yogyakarta, sebagai salah satu destinasi wisata utama di Indonesia, selalu menjadi magnet bagi para pemudik. Wisata alam, budaya, dan kuliner yang khas menarik ribuan orang untuk mengunjungi kota ini setiap tahunnya. Namun, ketika Lebaran tiba, daya tarik tersebut berubah menjadi tantangan mobilitas yang besar.

Sudah menjadi pemandangan biasa melihat jalanan dipenuhi dengan mobil dengan plat nomor luar kota saat musim Lebaran. Kendaraan dari Jakarta, Surabaya, Bandung, dan kota-kota lainnya membanjiri jalan-jalan Yogyakarta, menciptakan kemacetan yang tak terelakkan. Meskipun telah dilakukan berbagai upaya untuk mengatur arus lalu lintas, namun tetap saja sulit untuk menghindari kemacetan total.

Kemacetan bukanlah satu-satunya masalah yang dihadapi oleh para pengguna jalan di hari kelima Lebaran. Tingginya volume kendaraan juga berdampak pada keselamatan dan kenyamanan berkendara. Risiko kecelakaan meningkat karena banyaknya kendaraan yang bergerak lambat dan tingkat kepatuhan terhadap aturan lalu lintas yang menurun.

Selain itu, kemacetan juga berdampak pada polusi udara dan kebisingan yang semakin meningkat. Gas buang kendaraan bermotor dan suara klakson yang terus-menerus mengganggu lingkungan sekitar. Hal ini tidak hanya berpengaruh pada kesehatan masyarakat, tetapi juga merusak keindahan dan kenyamanan kota.

Foto Pribadi
Foto Pribadi


Pemerintah setempat telah berupaya untuk mengatasi masalah kemacetan saat Lebaran melalui berbagai langkah. Peningkatan pengaturan lalu lintas, penggunaan jalur khusus untuk pemudik, dan penambahan armada transportasi umum adalah beberapa contoh upaya yang dilakukan. Namun, tantangan yang dihadapi tetap besar mengingat volume kendaraan yang terus meningkat setiap tahunnya.

Selain kemacetan, dominasi mobil dengan plat nomor luar kota juga menimbulkan berbagai pertanyaan dan perdebatan. Beberapa pihak mengkritik kebijakan pemerintah yang memperbolehkan mobil-mobil dari luar kota untuk masuk ke pusat kota selama musim Lebaran. Mereka berpendapat bahwa hal ini tidak hanya menyebabkan kemacetan, tetapi juga merugikan para pengusaha lokal yang merasa kalah bersaing dengan pemudik yang membawa barang dagangan dari kota asal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun