Konsumsi Kencur Supaya Batuk Sembuh, Puasa Jadi Lancar
Dia mencuci kencur yang ada, mengupasnya, dan memotong kecil-kecil. Kemudian dia menyerahkanya ke saya yang melongo saat dia meminta saya untuk mengunyahnya. "Dimakan langsung saja."
Saya mengernyitkan dahi saat memasukkan potongan kencur masuk mulut. Pedas menguasai! Teman saya tertawa melihat ekspresi wajah saya tapi tetap meminta untuk mengunyah. "Kunyah terus," ucapnya. Mau tak mau saya pun mengunyah dan menelannya dengan harapan batuk segera sembuh.
Ternyata, baru sekali mengunyah batuk menjadi reda. Rasa gatal di tenggorokan berkurang. Besoknya, saya pun embali mengupas kencur dan mengunyahnya. Ahai, nggak perlu waktu lama mungkin hanya tiga kali mengunyah kencur, batuk pun sudah membaik. Semakin pulih dan serak pun hilang. Nggak menyangka banget secepat ini. Saat memakannya, tubuh juga terasa hangat. Tenggorokan pun lega.
Kencur, dicampur masakan dan dijadikan minuman
Selain cara termudah dengan cara dikunyah langsung, tanaman obat dengan nama ilmiah Kaempferia galanga ini biasanya juga bisa dan biasa dicampurkan dalam makanan
Paling gampang mengingatnya, dimasukkan sebagai salah satu bahan dalam pembuatan rempeyek kacang. Sejak dulu kala, bahkan minuman kencur juga biasanya mudah didapatkan di tukang kencur. Biasanya, berupa beras kencur.
Kencur yang memiliki kandungan pati, mineral, minyak atsiri yang berupa sineol, asam metil kanil, asam sinamat, asam dasinat dan alkaloid ini juga enak dibuat minuman. Parut kencur, ambil sarinya dan kasih saja garam. Lalu campur dengan air sebelum diminum.
Saat di rumah, bisa juga sih parutan kencur dicampur ke dalam air. Lalu direbus hingga mendidih dan siap untuk diminum. Untuk waktu meminumnya dan berapa kali dalam sehari, disesuaikan saja. Bisa satu kali atau dua kali sehari. Bisa diminum saat malam sebelum tidur.
Untuk takarannya, disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya 1 gelas (200cc) atau 1 cangkir (100cc). Jika perlu direbus sebaiknya gunakan api kecil. Ukuran 2 gelas dapat dijadikan 1 gelas saja untuk diminum.
Kementerian kesehatan, memiliki buku saku petunjuk pemanfaatan tanaman obat keluarga (Toga) tahun 2013, yang ditandatangani oleh Direktur Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional Aternatif dan Komplementer, dr Abidinsyah Siregar, DHSM Menkes. Buku saku ini bisa diunduh dengan mudah dari website
Dalam buku pendahuluan itu disebutkan, jika perkembangan penggunaan obat tradisional dalam mengatasi masalah kesehatan telah terbukti berdasarkan riset tahun 2010.