Richardus Beda Toulwala
Richardus Beda Toulwala Penulis

Menulis dari Kegelisahan

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Memberi hingga Lupa Memberi

8 Mei 2020   10:23 Diperbarui: 8 Mei 2020   10:20 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memberi hingga Lupa Memberi
Sumber: pravoslavie.ru

Mungkin orang menilai bahwa betapa baiknya saya karena saya bersedekah dalam situasi kelangkaan masker. Tetapi sesungguhnya saya hanya meneruskan sedekah itu kepada yang lebih membutuhkan. Dalam situasi yang serba sulit, masih banyak orang yang lebih membutuhkannya dari pada saya, sementara saya masih memiliki 2 masker yang bisa saya pakai secara bergantian.

Apakah saya bersalah karena saya tidak menerima (mengambil) satu pun masker yang dikirim oleh sahabatku itu? Atau dengan demikian artinya saya tidak menghargai pemberian orang lain? Realitas ini terbuka untuk dinilai. Pembaca bisa menilainya.

Sedekah bukan berarti membuang harta atau sumber daya dalam diri, melainkan membagi energi cinta dan kasih sayang bagi sesama yang lain.

Banyak orang mengatakan bahwa sedekah mampu mendatangkan mujizat berupa kesuksesan dalam hidup. Sedekah dinilai memiliki keajaiban dan kedahsyatan yang luar biasa sehingga terkadang menjadi iming-iming bagi orang dalam bersedekah.

Menurut saya, mujizat, atau keajaiban dan kedahsyatan yang disebabkan oleh aktus sedekah adalah kewenangan absolut Tuhan. Sedekah didasarkan pada sebuah ketulusan untuk memberi tanpa harus menerima. Bersedekah yang disertai harapan terhadap sebuah mujizat atau balasan akan mendistorsi sakralitas sedekah.

Memberi tanpa harus menerima. Memberi tanpa berharap mendapatkan balasan. Memberi hingga lupa bahwa saya pernah memberi. Ketika memberi saya tak ingin mengingatnya bahwa saya pernah memberi. Dengan demikian maka sepanjang hidup, saya merasa tidak pernah memberi. Oleh karena itu, selalu ada dorongan untuk terus memberi, yah bersedekah.

Hal semacam itulah yang menjadi dasar pijakan saya untuk bersedekah. Tugas saya hanya memberi tanpa harus menerima. Memberi hingga lupa saya pernah memberi. Selebihnya saya serahkan kepada Yang Kuasa.

Hidup di bulan suci Ramadan dan masa pandemi yang berkepanjangan ini tentu sangat sulit. Banyak orang di sekitar kita membutuhkan sedekah tetapi sayangnya sedikit orang yang berpikir untuk bersedekah.

Tugas kita pada bulan yang sangat suci ini adalah menambah angka orang yang bersedekah sehingga dijit angka orang yang bersedekah dapat melebihi orang yang menerima sedekah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun