Puasa dan Olahraga dari Perspektif Psikologi
Puasa berkaitan dengan self awareness karena, puasa menuntut kesadaran untuk mengakui kekuatan dan kelemahan diri. Dengan demikian kita dapat berupaya memperbaiki kelemahan dan meningkatkan kekuatan kita menjadi sebuah kelebihan dalam rangka menyukseskan puasa kita.
Keadaran diri ini dengan muda dapat kita pelajari dalam berolahraga. Ketika kita bertanding futsal, menang dan kalah akan membuat kita menyadari kelemahan dan kelebihan kelompok futsal kita. Pada pertandingan berikutnya, setidaknya kita akan berusaha untuk memperbaiki kelemahan kita dan memaksimalkan keunggulan kita.
Konsentrasi terhadap puasa membuat kita mampu melewati segala godaan dan ancaman yang membatalkan puasa kita. Fokus pada proses puasa tanpa melupakan substansi puasa. Olahraga adalah latihan berkonstrasi terhadap proses dan substansi agar meraih tujuan. Artinya olahraga juga dapat membawa nilai konsentrasi ke dalam puasa kita.
Goal setting atau penetapan tujuan juga memiliki kontribusi dalam berpuasa. Goal-setting sesungguhnya dapat kita pakai sebagai dasar untuk menentukan tujuan kita berpuasa. Tujuan puasa tentu memiliki nilai-nilai teologis, namun sebagai pribadi adalah penting untuk menentukan tujuan berpuasa secara pribadi.
Olahraga memberikan kita pelajaran bagaimana menentukan tujuan. Saya bermain bola bersama team untuk apa, untuk maraih apa, untuk meingkatkan apa dan sebagainya. Hal-hal sederhana dan reguler seperti ini lebih berpeluang membentuk kebiasaan diri. Kebiasaan goal-setting dapat kita praktek di dalam ibadah puasa kita.
Olahraga juga dapat menginjeksi self confidence atau rasa percaya diri kepada kita. Banyak artikel olahraga membicarakan self confidence yang ditumbuhkan melalui olahraga. Self confidence membuat seseorang meyakini kekuatannya untuk mengalahkan lawannya.
Dalam berpuasa pun self confidence sangat diperlukan. Sebab dengan self confidence, kita mampu keluar dari situasi pesimis terhadap proses puasa kita dan bahkan lebih dari itu menyelesaikan puasa kita dengan baik.
Terhadap uraian aspek psikologi olahraga di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa olahraga tak boleh absen dalam situasi apa pun. Hal itu berarti meskipun di bulan puasa dan dalam kondisi pandemi covid-19, kita tetap berolahraga.
Olahraga tidak hanya membawa dampak terhadap kesehatan tubuh tetapi juga menormalisasi krisis psikis yang kita alami ketika berpuasa dalam tekanan pandemi.
Olahraga adalah jawaban terhadap krisis psikis yang tengah kita alami di tengah masa sulit ini. Oleh karena itu, olahraga adalah salah satu faktor yang dapat menjamin keberhasilan puasa kita.
Akhirnya, kita perlu membangun sebuah kesadaran bersama bahwa olahraga adalah sebuah rutinitas keseharian. Olahraga adalah sarana pendukung keberhasilan puasa kita. Marilah kita tetap berolahraga di bulan puasa.
Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya
Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?
