rifai mukin
rifai mukin Mahasiswa

Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Puasa Mendidik Jiwa Qona'ah

4 April 2024   10:00 Diperbarui: 4 April 2024   10:02 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puasa Mendidik Jiwa Qona'ah
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

PUASA MENDIDIK JIWA QONA'AH

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (Q.S. Ibrahim: 7)

Setiap hal yang terlihat indah, menarik, dan menawan selalu disukai oleh manusia. Keinginan manusia terhadap hal-hal material tidak pernah puas. Ia ingin mendapatkan sesuatu lagi setelah mendapatkan satu. Ini adalah sifat tamak manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang mereka dapatkan.

Mereka selalu ingin menguasai dan memiliki banyak harta benda, sehingga mereka rela melakukan perang melawan sesama manusia untuk memenuhi hasrat mereka, yang menyebabkan mereka mengalami kesulitan baik di dunia maupun di akhirat.

Ini dapat dihindari dengan kembali ke syariat dan aturan agama, sehingga seseorang dapat selalu merasa puas dan cukup dengan apapun yang dia dapatkan. Perilaku seperti itu disebut qana'ah, yang berarti kekayaan jiwa. Kekayaan jiwa lebih mulia dan lebih besar daripada kekayaan harta. Sikap qana'ah dapat mengajarkan orang untuk selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT.

Menyikapi hal ini Q.S Al-A’raf memberikan arahan kepada kita bahwa hendaklah tidak berlebih-lebihan dalam hal makan dan minum, karean Allah tidak suka pada orang-orang yang melampaui batas. Senada dengan itu hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abdullah bin Abbas raḍiyallāhu anhuma Rasulullah ṣallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Jauhilah tindakan melampaui batas! Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa karena tindakan melampaui batas."

Barakallahu fikum. Semoga puasa Ramadhan mubarak tahun ini memberikan nilai tambah dan bermakna, terutama bagi keluarga dalam menyikapi kondisi yang tidak stabil, dimana harga-harga kebutuhan pokok semakin langkah dan adanya kecenderungan naik yang memungkinkan tidak terjangkau untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Di Ramadhan Mubarak tahun ini, kita harus lebih bijak berhemat bukan menambah boros.

Puasa sangat erat terkait dengan pertumbuhan ekonomi yang sehat, jadi perlu dipertimbangkan dalam melakukan puasa seyogyanya sesuaikan dengan kebutuhan ekonomi. Sandang, pangan dan papan adalah kebutuhan hidup manusia yang tentu memicu progresitas aktivitas ekonomi.

Toh begitu agama Islam sangat bijak mengajarkan penganutnya harus memiliki sensoritas atau kepekaan terhadap lingkunganya. Makan dan minum juga pakaian pada prinsipnya dibolehkan, sepanjang dalam klidor agama artinya mewajibkan manusia untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka sambil menetapkan batasan.

Dalam agama Islam, tidak dibenarkan bagi seseorang untuk menjadi pengangguran apalagi meminta-minta. Dikisahkan dalam suatu riwayat, seorang anak muda bertanya kepada Rasulullah tentang usaha apa yang paling baik, dan baginda Rasulullah menjawab kerja mandiri karena dia tahu bagaimana orang yang bertanya seperti itu adalah seorang pengangguran. Jawaban Rasulullah tersebut memiliki dampak yang signifikan pada anak muda itu, karena dia berubah 180 derajat dan segera mencari pekerjaan, tidak mau lagi menjadi pengangguran. Sebagaimana dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Salah satu dari kalian memikul kayu bakar dipunggungnya itu lebih baik daripada ia minta-minta kepada seseorang baik diberi atau ditolak. (HR. Bukhari).

Hadis tersebut menunjukkan bahwa Nabi SAW sangat menganjurkan umatnya untuk bekerja. Meskipun pekerjaannya hanyalah memikul kayu bakar, dia sangat menghargai pekerjaan apa pun yang halal. Selain itu, dia tidak ingin umatnya mengemis, meminta-minta, atau menjadi beban bagi orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun