Riki Tsan
Riki Tsan Dokter

Eye is not everything. But, everything is nothing without eye

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Orang Berpuasa Butuh Penghormatan?

25 April 2020   16:45 Diperbarui: 25 April 2020   16:41 973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa tahun yang lalu,  di bulan puasa Ramadhan, seorang ustadz yang amat sederhana dan bersahaja di sebuah pesantren kecil di pelosok kampung di Jawa Tengah, diwawancarai oleh salah satu stasiun TV swasta terkait dengan soal 'Pluralisme dan Toleransi Beragama'.

Saya mencoba menuliskan wawancara tersebut dengan 'bahasa' saya.

Pewawancara stasiun TV swasta itu bertanya , 'Bagaimana sikap ustadz terhadap orang orang yang masih berjualan makanan dan minuman di bulan puasa ini ?'.Si ustadz menjawab santai, 'Ya biarkan saja !'. 'Emangnya mereka mengganggu orang lain ?'.
'Loh ustadz.....bukankah dengan berjualan makanan dan minuman di siang hari bolong berarti mereka mereka tidak menghormati orang orang yang berpuasa ?'.

Si ustadz malah ketawa ngakak. 'Sampeyan itu keliru !!', katanya.
'Orang yang berpuasa itu tidak butuh penghormatan. Puasa adalah salah satu bentuk ibadah terhadap Tuhan. Puasa itu urusan anda dengan Tuhan anda. Jadi, nggak perlu ditonjol tonjolkan, apalagi harus di-hormat hormat-i segala!'.

'Lalu, bagaimana pendapat ustadz terhadap sejumlah orang dari salah satu organisasi Islam yang mengobrak abrik warung warung makanan yang masih buka di bulan puasa ini ?'.
Ustadz menjawab singkat, ' Itu perbuatan anarkis !. Mereka tidak mencerminkan akhlak orang yang beragama !'.

'Tapi ustadz,....bukankah tujuan mereka adalah untuk menjaga agar semua orang yang berpuasa itu tidak tergoda dengan hal hal yang diharamkan Tuhan ?'

'Supaya sampeyan tahu ya , tidak semua orang di negeri kita ini - bahkan orang Islam sekalipun - harus berpuasa di bulan Ramadhan ini, diantaranya para musafir yang datang dari negeri yang jauh, orang - orang yang menderita sakit, para wanita yang 'datang bulan', para wanita hamil dan menyusui, orang - orang tua yang sudah tua renta dan........ jangan lupa, saudara saudara kita yang non muslim'.

'Anda bayangkan, kalau semua warung makanan harus ditutup demi menghormati orang yang berpuasa, lantas kemana orang orang yang tidak berpuasa ini harus mencari makanan ?. Apa perbuatan semacam ini tidak malah membuat mereka menderita ?. Katanya bulan suci, koq malah menzholimi orang lain ?". Hormatilah hak hak mereka yang tidak berpuasa !.

'Lagipula, kalau para pemilik warung makanan itu harus menutup jualannya, lalu darimana mereka mendapatkan nafkah untuk membiayai kehidupannya sehari hari ?'.
'Darimana mereka harus mendapatkan uang untuk memberi 'makan' anak anak dan keluarganya ?'.
'Apa sampeyan dan 'gerombolan orang orang saleh' itu sudi dan rela mengganti biaya hidup mereka karena kalian larang berjualan ?', tanyanya.

Saya betul betul takjub dengan jawaban lugas dan tegas dari seorang ustadz yang 'tidak populer' dan bukan 'selebritis' ini.
Tampaknya, para ustadz, para kiyai dan para alim ulama di Indonesia yang ilmunya sudah amat sangat mumpuni , perlulah sekali sekali belajar dari ustadz yang sederhana dan bersahaja ini.

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun