Pengalaman Dehidrasi Saat Hamil di Bulan Puasa
Dulu dehidrasi rasanya tak jauh-jauh dari saya. Karena saya akui saya kurang suka minum air putih. Apalagi jika sudah dilupakan oleh kesibukan. Sehingga tubuh menjadi kekurangan cairan.
Awalnya ketika masih sendiri saya kurang peduli masalah cairan tubuh ini. Padahal sewaktu kerja saya adalah tim lapangan. Artinya dengan keseharian pekerjaan di luar ruangan.
Ketika tiba waktu puasa di tengah cuaca panas, bibir akan cepat kering lalu pecah-pecah. Selain bibir, kulit tubuh rasanya jauh dari kata lembab dan harus dibantu lotion sesering mungkin. Kadang malah bersisik alias jika digaruk akan mengeluarkan bekas alur. Saat sedang bekerja cepat lelah dan gampang tersulut emosi. Untuk menjalankan ibadah lain seperti salat pun rasanya malas. Kalau dipikir-pikir mengerikan juga ya?
Pengalaman ini menjadi sangat berharga ketika kehamilan pertama. Saat itu usia kandungan enam bulan. Hasil USG menunjukkan jika cairan ketuban kurang sehingga cukup mengkhawatirkan bagi jabang bayi. Dokter menganjurkan untuk tidak puasa Ramadan sebulan penuh demi kesehatan dan keselamatan terutama calon bayi. Kalaupun saya ingin puasa harus selang-seling atau seperti puasa Daud.
Lalu bagaimana mengatasinya saat puasa:
Pertama, karena sumber masalahnya adalah kurang minum air putih sehingga solusinya adalah minum air putih secara ideal yaitu dua liter per hari atau antara 8-12 gelas per hari. Saat menjalankan puasa, bisa dibagi separo di waktu sahur dan sebagian lainnya di antara waktu berbagai hingga tidur.
Kedua, cairan tubuh bisa didapat melalui sayur berkuah. Sehingga saat puasa harus banyak mengonsumsi sayuran.
Ketiga, suplai cairan juga bisa didapat dari air kelapa. Tidak hanya untuk ibu hamil tapi air kelapa yang dipercaya dapat menggantikan cairan tubuh yang hilang bagi siapapun.
Keempat, melalui buah-buahan. Sehingga sebaiknya di waktu berbuka mengonsumsi buah dan sebagai kreasi bisa meminum jus buah saat sahur.
Kelima, istirahat sekitar satu jam di siang hari terutama saat cuaca terik.