Sarung Kotak-Kotak
"Imam idaman banget. Dengar-dengar santri, loh. Eh, kamu sudah ketemu, ya, ?"
"Sudah ngobrol juga, barusan."
Lika menjadi sedikit senewen. Ia menganggapku colong start. Mencuri start apa? Saat tanganku yang baru saja mendorong gagang pintu, Lika kembali ngoceh, "Eh, tapi kasihan loh dia, baru pindah sarungnya hilang."
Belum sempat aku menanggapi, terdengar ibu kos, menaiki tangga diikuti langkah kaki... cowok bersarung kotak-kotak warna coklat. Sekarang aku memperhatikannya.
"Mas Rais, ini bukan sarungnya?" ibu kos yang masih terengah itu menunjuk jemuranku.
Ia tampak ragu. Itu kan sarungku, aku membatin, kok bisa disitu?
"Tapi ini sepertinya masih baru?" katanya sembari menerima sarung itu.
Otakku segera berpikir cepat, jika itu sarungku lalu yang di dalam kamar sarung siapa? Belum aku merangkai ulang potongan kejadian dari kemarin. Lika yang mau ikut masuk kamar berseru, "Kok sarung kotak-kotaknya sama yang ada di kamar kamu?"
Rais dan Ibu Kos bersamaan menatapku. Sekarang Lika ikut menyelidik.
Jika itu sarungku, lalu sarung siapa yang sudah bersamaku semalam?
---