Pangrango
Pangrango Penulis

Happy Gardening || Happy Reading || Happy Writing || Happy Knitting^^

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Sangkan Paran

20 April 2022   23:48 Diperbarui: 21 April 2022   06:52 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sangkan Paran
Ilustrasi berbuat baik (Koleksi pribadi)

Ibu, dia gemar sekali berbuat baik. Termasuk meminjami uang kepada tetangga. Walau tahu tetangga itu mempunyai track record yang jelek dalam urusan pinjam meminjam.

Tidak sekali, dua kali, ibu "dimanfaatkan". Ibu kesal, iya. Tapi, lalu seolah pasrah dan ikhlas. Sebagai anak, seringkali aku bilang agar dia menolak saja memberi pinjaman. Namun, dia tetap berpegang pada filosofi sangkan paran.

Setali tiga uang, Bapak pun begitu. Dia acap memberi "oleh-oleh" kepada siapapun. Karena seorang petani, wujud itu seringnya berupa beras. Pernah suatu ketika, aku menolak membawakan beras. Sebab, orang itu, seperti tidak tahu terima kasih. Tapi bapak tak begitu, ia hanya berkata, "yang penting kita berbuat baik."

Itulah secuil teladan dari kedua orang tuaku tentang hablum minannas. Hubungan dengan sesama manusia. Keduanya sepakat selama berbuat baik maka sebenarnya mereka sedang berbuat baik untuk dirinya sendiri. 

Ibu dan Bapak sangat yakin dengan sangkan paran. Kebaikan, pertolongan atau rezeki itu tak terduga jalannya. Bukan hanya untuk mereka tapi juga anak-anaknya. Mereka percaya jika mereka membantu orang lain, maka tidak hanya diri mereka, anak-anak mereka pun akan dibantu saat kesusahan. "Anak-anakku itu jauh, biar selalu ditolong orang juga," ujar ibu suatu ketika karena memang pilihan kami adalah merantau.

Iya, aku mengangguk. Pertolongan yang terus terjadi kepadaku saat aku jauh, tak lain tak bukan pasti ada andil kedua orang tuaku. Dari setiap doa maupun tindakan mereka. 

Sangkan paran itu tak melulu kebaikan akan kembali dari orang yang kita bantu, tapi bisa dari orang lain. Kebaikan itu tak melulu kembali kepada kita tapi bisa ke anak dan saudara kita.

Aku seringkali memetik buah sangkan paran itu. Apa yang ditanam oleh kedua orangtuaku. Apa yang kamu tanam itulah yang kamu tuai. Aku bersyukur dengan kebaikan mereka, banyak kebaikan dari orang-orang yang tak terduga kepadaku. Saat dirantau seringkali aku merasa kepayahan, kesusahan, tapi bantuan itu selalu ada. 

Sebagai anak tentu aku berharap hanya kebahagiaan di sisa hidup mereka. Aku pun meneruskan konsep sangkan paran. Tidak hanya untuk diriku. 

Hablum minannas merupakan amalan yang harus dilaksanakan secara seimbang dengan hablum minallah. Hubungan manusia dengan Allah SWT. Contohnya ibadah yang menyangkut manusia dengan Tuhan seperti salat, zikir, dan puasa. Keduanya saling berhubungan sehingga tidak boleh berat sebelah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun