Dulag; Hiburan Sahur yang Tak Biasa
Sudah setengah tahun lebih keluargaku tak menonton televisi. Televisi sih ada tapi mangkrak. Sejak seluruh siaran beralih ke digital dan harus menggunakan STB. Pertamanya, malas membeli STB dan yang kedua, merasa mempunyai televisi atau tidak berasa sama saja. Sekarang semua bisa diakses melalui smartphone. Mau menonton film, live streaming, menyaksikan sepak bola, dan sebagainya.
Sebelum ini, setiap bulan puasa hampir setiap jam dua pagi sampai subuh televisi akan menyala. Entah ditonton atau tidak. Televisi menemani santap sahur. Dari acara show, reportase, kajian sampai sinetron religi.
Tahun ini, awalnya emang agak "kehilangan". Karena, biasanya selalu ada "Preman Pensiun". Namun, ya akhirnya biasa lagi karena bisa menyaksikan lewat ponsel pintar.
Hikmah tidak "stand by" di depan televisi justru malah bisa mempererat silaturahmi dengan tetangga. Sebab, usai bersantap rerata lingkungan rumah kami akan keluar rumah sekedar hahahihi...
Dan, di rumah lama rasanbaru ini, ada hiburan yang tak biasa yaitu "dulag". Buat teman-teman yang penasaran dulag, bisa tonton reels aku dulu ya di sini
https://www.instagram.com/p/Cqtd6IxN4WP/
Sebelumnya, aku juga pernah menulis tentang dulag. Namun, lebih ke tradisi membangunkan sahur.
Menikmati Dulag
Dulag berarti bedug. Sementara ngadulag menurut warisanbudaya.kemdikbud.go.id berarti kegiatan menabuh bedug yang dilagukan atau dimainkan melalui ritmis-ritmis yang dinamis. Tradisi ini pun sudah teregistrasi dalam Warisan Tak Benda Indonesia tahun 2020 dengan domain seni pertunjukan di Provinsi Jawa Barat.
Tradisi ini kini biasa dilakukan saat bulan Ramadan dan hari raya serta kadang saat hajatan tertentu. Saat bulan puasa, biasanya mereka akan mulai start dari jam dua pagi hingga menjelang imsya' keliling daerah setempat.