Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat
Bangun Quality Time Keluarga Saat Ramadan, Kapan Waktunya?
Apa yang tidak biasa terjadi di hari-hari selama bukan di bulan Ramadan?, saat menjelang waktu berbuka semua anggota keluarga berkumpul "tepat waktu" sebelum sirene bunyi untuk menikmati sajian para ibu di rumah.
Di hari biasa, mungkin kesibukan kantor, sekolah, aktifitas bermain bersama teman, kegiatan eskul, les, semuanya membuat kita menjadi jarang bisa berkumpul bersama. Namun dengan hadirnya ramadan mubarak ini, kebersamaan itu tak terasa terjalin kembali.
Waktu berbuka dan sahur menjadi saat keluarga bisa bertemu, saling bertukar cerita. Bahkan menyiapkan menu berbuka saja bisa membangun komunikasi yang lebih intens dan menjadikan rumah terasa manis kembali.
Para ayah atau ibu yang kerja kantoran pun menjadi punya waktu luang untuk pulang dan menyiapkan hidangan berbuka. Jadwal kegiatan kantor berubah, dengan aturan baru selama ramadan. Pulang kantor lebih cepat dan langsng ke rumah, tak mampir kemana-mana lagi.
Belanja bukaan bagi yang sibuk sekalipun menjadi bentuk komunikasi baru antar anggota keluarga yang menarik.
Komunikasi jadi lebih intens
"Ma, apa ya bukaan puasa kita hari ini?", tanya putri saya. " bagaimana kalau "bukaan" botol jawab saya sekenanya sambil bercanda. Di seberang telepon, putri saya tertawa. "ditanya serius, mama kok gitu".
Akhirnya kami menyepakati jika sajian berbuka kami isi dengan risol panas "made in" dapur rumah sendiri.
Jadi sepulang sekolah, saya sempatkan mampir di toko sayur langganan membeli wortel, kentang, sedangkan sisa bahan sudah tersedia di rumah. Setelah disepakati, dalam setengah jam dapur berubah menjadi "ruang master chef keluarga".
"Ayo, lima menit lagi platting-nya," goda saya, agar putri saya menyiapkan piring sajian karena risol panas siap mendarat. Sementara para anak muda dan ayahnya, harus "diusir" dari ruang master chef, karena "menganggu" saja. "Duh, masih lama ya waktu bukanya?", tanya putra dan suami saya hampir berbarengan, sambil duduk di ruang baca pustaka rumah (setelah diusir "para" ibu dari dapur).
Suasana manis dan meriah itulah yang kami rasakan saat menikmati saat menunggu waktu berbuka selama ramadan.
Jika ada yang masih di luar akan menjadi sasaran teleponan bertubi-tubi agar cepat pulang, agar sambil menunggu saat berbuka bisa bersiap untuk mandi dan keperluan lain.