Rini Wulandari
Rini Wulandari Guru

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Sayangi Ibumu Selagi Ada Waktu

26 Maret 2024   13:06 Diperbarui: 28 Maret 2024   23:01 941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sayangi Ibumu Selagi Ada Waktu
putri dan ibunya yang bahagia sumber gambar berita99.co

Laki-laki itu yang tak lain adalah John Milyader, merasa tak kuasa menahan haru. Begitupun aku yang menonton video reel-nya.

Tiba-tiba kejadian itu mengingatkanku dengan ibuku. Setiap hari ibu masih ada disampingku, meski sesekali masih bisa mengobrol, bercanda menggodanya dan bermanja bercerita tentang pekerjaan, tapi aku masih merasa kurang memperhatikannya.

Jika adik menelepon dari jauh menanya kabar, aku seperti tersadar bahwa ibu baik-baik saja. Mungkin karena aku setiap hari berada didekatnya, karena ibu memilih tinggal bersamaku.

Menurut yang pernah aku dengar, sebuah rumah akan selalu dipenuhi berkah jika ada ibu kita didalamnya dan kita merawat serta menyayanginya dengan sepenuh hati. Aku bersyukur karenanya.

Aku merawat dan menyayanginya dengan sepenuh hati, tapi rasanya perhatianku tetap masih selalu kurang.


***

"Bu! Gimana hari ini" tanyanya manja berbasa-basi sepulang sekolah. Ia tersenyum dan akhirnya tertawa," biasa, kenapa tanya-tanya", ujarnya mungkin keheranan atau aku dianggap tumben karena tak seperti biasanya.

Tapi sebenarnya itulah yang sering aku lakukan ketika aku sadari aku kurang memperhatikannya, membiarkannya dengan kesibukannya sendiri di rumah sejak pensiun dan ayah pergi meninggalkannya bertahun-tahun lalu.

"Ibu masak apa hari ini?", tanyaku lagi mengulang basa-basa. "Ada dimeja semuanya, muge ungkot hari ini tak lewat, jadi masak apa yang ada---balado telor".

"Makan ah!," aku bergegas turun dari tempa tidur ibuku, diikuti pandangan mata ibuku sambil tersenyum. Aku suka suasana dan saat-saat seperti itu, seperti kembali ke masa lalu.

Ibu dan gadis kecilnya sumber gambar wolipop.detik.com
Ibu dan gadis kecilnya sumber gambar wolipop.detik.com

Mengingatkan saat kecil merengek minta dibuatkan "cang jo" sebutanku untuk bubur kacang hijau kesukaanku, dan biasanya ibuku cuma tersenyum. "Dah main sana" seolah mengusir, tapi tak lama ia keluar kamar bergegas ke dapur. Menakar segelas kacang hijau, merebusnya.

Dan harum dapur berubah menjadi aroma kacang hijau bercampur wangi pandan yang dimasak dengan santan kental.

Karena video John itu, aku seperti terngiang-ngiang kata-kata bocah laki-laki ketika mengatakan, "aku akan membelikannya buket bunga karena ibuku hari ini berulang tahun."

Mungkin ia tak seberuntung aku, karena di usiaku kini aku masih bisa mendengar suara ibu, mendengar suara langkah menyusuri dapur, dentang panci dan piring yang dipakainya saat masak. Ibuku masih bersamaku, hingga detik ini. Tapi menurutku bocak laki-laki terasa lebih menyayangi ibunya daripada aku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun