Rini Wulandari
Rini Wulandari Guru

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Pertanyaan yang Bisa Bikin Keki, dan Perlunya Bawa Anak Bersilaturahmi Saat Lebaran

6 April 2024   01:39 Diperbarui: 6 April 2024   21:48 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertanyaan yang Bisa Bikin Keki, dan Perlunya Bawa Anak Bersilaturahmi Saat Lebaran
Ilustrasi silaturahmi antar keluarga atau teman sumber gambar kumparan

Arti kata keki menurut - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, keki/ke*ki/ /kki/ a 1 merasa tidak senang, mendongkol, kesal (terhadap orang lain): ia merasa -- karena tidak satu pun pekerjaannya yang mendapat pujian

Persis seperti pertanyaan yang selalu bikin traumatis para jomblo, saat lebaranpun yang sudah keluarga apalagi yang mudik pasti juga kena semburan banyak pertanyaan.

Ada yang bikin keki, gara-gara "gaya" berbeda sedikit saatlebaran ditanya soal kesuksesan. Mau dijawab iya salah, dijawab tidak juga "sudah dibuktikan" dengan penampilan. Karena selain keluarga atau teman, kadang-kadang suka ada yang aneh dengan pertanyaan 

Saat mudik lebaran menjadi kesempatan kita bisa bertemu dengan anggota keluarga lain atau teman lama. Pertanyaan paling sering tentu soal "pekerjaan". Apalagi yang bisa jadi bahan diskusi paling seru saat ketemuan dengan keluarga atau teman lama.

Maka tak heran jika cerita kita "ketinggian" maka dampaknya saat arus balik lebaran akan ada orang yang "nempel" ikut ke kota. (persis seperti cerita disinetron).

Ilustrasi ketemu teman lama sumber gambar orami.com
Ilustrasi ketemu teman lama sumber gambar orami.com

Pertanyaan Paling Favorit

Jika yang jomblo tentu harus bersiap dengan pertanyaan, "Kapan Nikah?". Jika belum punya pasangan bisa jadi alasan untuk menjodohkan. Atau seperti biasa berbasa-basi dengan bilang "Nanti nikahnya bulan Mei--Meibe yes-Meibe No!". Atau malah dijodohkan dengan anak saudara atau teman atau malah tetangga sendiri.

Kemarin saja saat ketemu "reuni bukber" dengan teman lama, pertanyaan "Bagaimana dengan anak gadisnya, apa sudah ada calon--siapa tau bisa besanan?", jadi pertanyaan basa-basi yang paling banyak ditanya teman. Padahal si anak saya, baru tahun ini masuk SMA.

Tapi bagi teman yang jomblo, memang menjadi saat yang "menegangkan" jika ditanya soal yang satu ini. "Belum ada yang cocok", kata teman saya yang sudah kepala empat yang masih tetap jomblo, menjawab dengan santai karena orangnya memang tak pernah "seriusan".

Tapi juga ada pertanyaan lain yang sering jadi bahan candaan juga diantara teman lama saat ketemu mudik. Apalagi kalau bukan soal anak. Meskipun bercampur antara risih dan candaan, "sudah berapa anaknya?" jadi pertanyaan lainnya yang sering ditanya jika kita pulang kampung atau main ke rumah teman cuma berdua.

Bagi yang benar-benar tidak tau mungkin akan menjadi pertanyaan biasa, tapi bagi yang tau juga kadang masih dibawa lucu--syukur-syukur sambil didoakan. Malah ada yang sambil ditambahi celetukan, "eh semoga nanti langsung dapat anak kembar". 

Tapi bagi anak saya yang tahun ini selesai kuliahnya, pertanyaannya jadi tambah banyak saat bertemu dengan para saudara dan  teman. Dimulai dari basa-basa, "Wah sudah besar ya, ganteng lagi", "Sudah selesai kulihanya?", dilanjutkan dengan pertanyaan "sudah punya pacar?". Jika sudah begitu, anak saya cuma senyum-senyum saja, dan akhirnya berberbasa-basi. 

Makanya ia paling malas diajak jalan ke rumah teman, dan memilih jalan-jalan sendiri ketemu teman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun