Rini Wulandari
Rini Wulandari Guru

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Ketika Dapur Lebaran Jadi Ajang Demo Master Chef Dadakan

7 April 2024   21:02 Diperbarui: 10 April 2024   17:46 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika Dapur Lebaran Jadi Ajang Demo Master Chef Dadakan
Ilustrasi sibuk di dapur saat lebaran sumber gambar dream.co.id

Pagi-pagi subuh dengan mengendarai sepeda motor mengunjungi pasar dadakan Mak Meugang di kampus. Setelah parkir ikut berbaur dengan para ibu yang telah duluan datang.

Saya memilih pedagang yang banyak pembelinya karena berpikir yang banyak pembelinya pastilah yang punya daging kualitas bagus. Setelah antri agak ala ternyata akhirnya tak kebagian, karena para ibu ternyata sudah memesan sehari sebelumnya dan tinggal mengambil pesanan yang langsung diolah ditempat.

Ketika beralih ketampat lain saya merasa kuatir jika kualitas dagingnya tak seperti harapan. Ibu pernah berpesan jika membeli daging harus hati-hati. Kadang-kadang saat ditimbang kualitas dagingnya bagus, tapi saat sampai kerumah ternyata kualitas dagingnya berubah.

Karena saat plastik daging diletakkan dibawah timbangan, untuk mengambil kekurangan timbangan daging diambil dari daging sediaan yang kualitasnya kurang baik karena bercampur dengan lemak.

Gara-gara itu saya jadi merasa kuatir, akhirnya memutuskan untuk belanja daging di tempat langganan di sebuah toko daging di pusat kota. Disana sistemnya WYSWIG-What you see is what you get--apa yang ditunjuk dan dilihat itu yang diberikan atau kita dapat.

Tapi tentu saja dengan harga yang sedikit spesial. Tak apalah yang penting kualitasnya sesuai harapan.

Sedangkan untuk bumbu rendang saya pesan di tukang bumbu langganan ibu yang selama ini juga pernah dititip ke saya membelinya di pasar. Jadi saya tak merasa bingung soal bumbu rendang dan bumbu lain dengan kualitas yang bagus.

Lainnya, untuk pengganti nasi saya justru memilih membuat ketupat karena tak biasa masak lontong. Maka  dimulailah kesibukan bersiap untuk lebaran. Sementara adik-adik masih istirahat saya berkutat di dapur--namanya juga mau membuat kejutan jadi terpakasa tak bisa meminta bantuan.

Setelah menyiapkan ketupat untuk direbus selama beberapa jam, sambil di cek air dan dibolak-balik, sisa waktunya saya pakai untuk memotong cabe hijau dan menyiapkan tauco sebagai "sambal" untuk ketupat lebarannya.

Saya memilih resep sayur seperti lodeh sebagai teman ketupatnya. Campurannya berisi kates muda, daun melinjo, buah melinjo muda, wortel dan kuah kelapa yang sedikit kental. Dan tak lupa semur ayam.

Hingga tengah hari hampir semua masakan siap dikerjakan hanya tinggal menunggu masak sempurna, kecuali rendang dan ketupat yang butuh waktu agak lama.

Saat adik-adik bangun mereka keheranan karena ternyata di dapur ada kesibukan yang tak asing buat mereka, terutama karena aroma rendang, tauco, semur dan lodehnya tercium harum.

'Keren, ternyata jadi juga kita lebaran kak", kata adik perempuan saya yang terkejut dengan surprises itu. "Jadi kakak semua yang masak?" tanyanya antara percaya dan tidak. Tentu saja saya merasa menjadi orang yang paling bahagia, karena bisa membuat suasana lebaran meski tanpa orang tua tapi bisa tersedia lengkap semua masakannya.

Saat di hari lebarannya, para ibu tetangga datang berkunjung dan ketika saya tawari untuk mencicipi makanan, mereka semuanya terkejut. Karena setahu mereka orang tua kami sedang tidak ada di tempat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun