Riza Fatmahira
Riza Fatmahira Mahasiswa

Saya menyukai banyak bacaan dan sangat tertarik pada lingkungan sosial

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Semarak Takjilan Ramadan 1445-H, Simak Sejarah Singkat Takjilan, Eh! Kita Tilik Takjilan di Salah Satu Universitas Islam Ternama

15 Maret 2024   23:38 Diperbarui: 15 Maret 2024   23:56 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semarak Takjilan Ramadan 1445-H, Simak Sejarah Singkat Takjilan, Eh! Kita Tilik Takjilan di Salah Satu Universitas Islam Ternama
RBJ UIN Sunan Kalijaga

Takjilan merupakan salah satu rutinitas yang tidak bisa ditinggalkan oleh banyak orang dalam bulan Ramadan terutama di Indonesia. Masyarakat Indonesia jika ditanya tentang takjilan tentunya akan menjawab berburu makanan berbuka di sepanjang jalan atau di tempat perbelanjaan seperti di pasar. Kamu sendiri jika ditanya terkait, apa itu takjilan akan menjawab apa? Tentu jawaban lumrah yakni berburu makanan berbuka bukan. 

Hal itu mungkin benar saja, tidak disalahkan karena benar adanya kata takjilan yang digunakan saat ini terutama di Indonesia bermakna seperti itu. Namun, jika kita tilik lebih jauh, kata takjilan sendiri maknanya sangat berbanding terbalik dengan makna aslinya.

Asal Kata Takjilan

Takjilan sendiri berasal dari bahasa Arab seperti yang dikutip dari web Muhammadiyah, yakni "ajjala-yu'ajjilu-ta'jilan," ini artinya momentum, tergesa-gesa, menyegerakan, atau mempercepat. Sedangkan jika ditinjau dari kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), takjilan memiliki dua arti yakni "mempercepat berbuka puasa" dan "makanan untuk berbuka puasa".

Dari dua pemaknaan tersebut baik dari bahasa arab dan KBBI, makna takjilan yang sebenarnya adalah menyegerakan berbuka bukan proses untuk membeli makanan berbuka. Dapat ditarik kesimpulan seiring berkembangnya waktu pemaknaan tentang takjilan dari menyegerakan berbuka menjadi membeli makanan berbuka atau makanan-makanan berbuka. Tidak ada yang keliru hanya perspektif tentang takjilan yang berubah, tetapi asal katanya tetap berarti menyegerakan, konteks penggunaannya saja yang berkembang.

Sejarah Tradisi Takjil Di Indonesia

Tidak banyak tulisan terkait sejarah takjilan di Indonesia, tetapi ada satu yang dapat dilihat, yakni pada catatan Snouck Hugronje dalam De Atjehers ini disusun pada 1891-1892. Pada catatan tersebut mengungkapkan bahwa takjil sudah dikenal oleh masyarakat Aceh di bulan Ramadan kala itu. Berdasarkan tulisannya, masyarakat Aceh tiap menjelang berbuka puasa mereka beramai-ramai bersiap menyantap takjil di masjid. Biasanya mereka menyantap bersama menu khas yakni "e bu peudah" atau bubur pedas.

Tidak hanya ada di Aceh, sejarah takjilan juga tersebar di Yogyakarta, dengan pihak yang berperan dalam penyebaran tradisi ini yakni organisasi islam Muhammadiyah yang didirikan di Yogyakarta pada 1912. Hal ini dapat dilihat dari buku Ahmad Dahlan: Jejak Pembaruan Sosial dan Kemanusiaan (2010). 

Dalam buku tersebut menyebutkan bahwa Muhammadiyah berperan besar dalam menyebarkan tradisi takjilan di wilayah Yogyakarta. Abdul Munir Mulkhan, juga menambahkan bahwa Muhammadiyah tidak hanya menyebarkan budaya takjilan, tetapi juga mempopulerkan kebiasaan mengakhiri sahur menjelang subuh, Jdi sebelum azan subuh sudah tidak boleh lagi makan.

Semarak Takjilan Ramadan 1445-H

Tahun ini tentunya tidak berbeda dengan tahun-tahun Ramadan sebelumnya. Pemaknaan takjilan tetap menjadi hal yang dilakukan untuk berburu makanan berbuka. Contoh sendiri di Masjid UIN Sunan Kalijaga. Sebelum masuk ke masjid disekitar pelantaran akan tersedia banyak tenant yang berdiri. Terlihat jajanan ringan hingga berat, makanan manis hingga pedas, minuman dingin dari cup small hingga large.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun