Mama Rohmah Sugiarti adalah ex-writerpreneure, freelance writer, communications consultant, yogini, dan seorang ibu yang sholehah dan terbaik bagi kami anak-anaknya. Semoga Mama selalu disayang Allah. Alfatihah.
Esai Foto: Negeri Berjuta Menara, Pantang Menyerah Didera Corona
kubah dan menara yang nampak di mana-mana.
Sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim, Indonesia memiliki berjuta masjid dan mushola yang tersebar di seluruh pelosok nusantara. Jika kita bertualang untuk menyusurinya, keberadaan masjid dan mushola tersebut secara fisik dengan gampang bisa kita lihat dari adanyaPenampilannya yang khas, sangat kentara menyeruak di antara atap-atap rumah penduduk dan bangunan lainnya.Keberadaan kubah dan menara tersebut biasanya dijadikan tempat toa atau pengeras suara. Alat elektroktik berteknologi sederhana yang digunakan untuk membantu melantangkan suara adzan, murotal, pengajian, tablik akbar, dan kegiatan-kegiatan relegius lainnya.
Begitu adzan menggema dari toa-toa yang ada di kubah atau menara masjid dan mushola yang ada, jamaah pun segera berduyun-duyun tiba. Bersiap mendirikan sholat yang menjadi kewajiban mereka.
Dulu setiap puasa Ramadan tiba, aku selalu mencoba melakukan safari sejuta menara. Yaitu petualangan keliling, untuk melakukan sholat di masjid-masjid ataupun mushola yang bisa kita temui dimana saja. Sengaja tersesat ke daerah mana saja, untuk melakukan sholat di masjid-masjid berbeda yang bisa kita temui di mana saja.
Jika tak punya waktu untuk menggelandang jauh dari rumah. Cukup di masjid-masjid kampung yang bisa kita temukan diantara padatnya perumahan-perumahan di gang-gang Jakarta seputar kawasan tempat tinggal kita sendiri.
Namun sejak epidemi mendera, mendadak masjid dan mushola sepi seketika. Untuk kebaikan bersama, para jamaah rela berkorban untuk sholat di rumah saja. Fungsi Adzan yang menggema dari toa di kubah dan menara pun menjadi berbeda. Bukan lagi menjadi panggilan untuk segera mendirikan sholat berjamaah bersama-sama, melainkan sekedar sebagai penanda tibanya waktu sholat semata.
Namun kerja toa dari kubah dan menara yang ada, tidak terhenti karena bencana yang ada. Adzan terus berkumandang lantang pada waktunya, tak berbeda dari biasanya. Para muadzin terus menjalankan kewajiban mereka seperti sedia kala. Meski pedih karena tak ada lagi jamaah yang tiba, mereka tetap melantunkan Adzan dengan merdunya.
Menara-menara masjid, tetap tegak membelah langit yang ada. Menjulang gagah membagikan semangat, kepada umat yang tengah gundah karena cengkeraman wabah yang juga mereda.
Apalagi konon ada penelitian bahwa lantunan suara adzan bisa menghambat perkembangan virus corona (Covid-19). Katanya virus corona cenderung tak bergerak seperti mati ketika terndengar suara adzan, dan sebaliknya bergerak aktif ketika didengarkan suara musik.
Semoga saja Adzan yang terus selalu menggema lantang di mana-mana, benar-benar mampu menghambat pertumbuhan dan perkembangan virus corona, sehingga kehidupan umat bisa segera kembali normal seperti sebelumnya. Bahkan berbekal tempaan wabah corona, mampu menjadi umat yang lebih baik lagi dari sebelumnya. (*)