Kisah Sepotong Ikan Asin di Bulan Ramadan
Kenangan semasa Kami tinggal di desa Petumbak Deli Serdang Pinggiran kota Medan
Pada tahun 1965 kami berangkat ke Medan untuk mencoba mengubah nasib Sesampai di Medan suami berusaha menjadi pedagang antar kota. Yakni Padang dan Medan membawa makanan kaleng dari Padang ke Medan dan dari Medan ke Padang membawa permen yang dulu disebut ;" Bonbon" .Tetapi karena suami sama sekali tidak berpengalaman maka usaha suami gagal total .
Akhirnya kami mencari pekerjaan yang dibantu teman yang dulu di Padang Kami pamitan dengan tante dimana kami selama ini numpang tinggal yakni di jalan Gandhi no 39 F kota Medan Saya dan suami diterima sebagai karyawan PT Pikani .Sejak saat itu kami sudah menetap di desa Petumbak komplek PT Pikani yang lokasinya 34 kilometer dari kota Medan Pada tahun 1965 saya sudah hamil putra pertama kami.
Ngidam Ikan Asin
Suatu hari dibilang Puasa , tetangga kami yaitu isteri pak Yunan , teman sejawat di kantor memasak ikan asin . Baunya sedap sekali membuat saya ngiler tapi tak berani meminta pada Bibi Yunan . Walaupun tahu kami non Muslim tapi terkadang Bibi Yunan mengantarkan Kolak pada waktu mereka berbuka puasa. Saya diperlakukan seperti anaknya sendiri .
Tapi untuk meminta tentu saja saya malu. Bersyukur kepada Tuhan alangkah beruntungnya saya ,karena tiba tiba Bibi Yunan datang membawa ikan asin ke pemondokan kami yang jaraknya hanya beberapa meteran .Bibi memberikan pada saya sambil tersenyum dan berkata : "Ini untuk yang ngidam ,tidak baik kalau tidak kesampaian ngidamnya nanti anaknya meleleh liurnya"Alangkah berterima kasihnya saya pada Bibi Yunan Bagaimana Bi Yunan tahu bahwa saya ngidam ikan asin saya sungguh tidak tahu
Bertemu Bibi Yunan 46 Tahun Kemudian
Sepuluh tahun yang lalu yaitu ditahun 2012 ketika kami kembali ke Medan membawa acara Penyembuhan.Ketika kami siaran di TVRI Medan ada yang menanyakan lewat telpon kepada Pembawa acara :" Apakah Bapak Tjiptadinata Effendi dan ibu Roselina dulu pernah tinggal di Petumbak ?"
Kami langsung membenarkan dan balik bertanya siapa yang menanyakan hal ini. Keesokan harinya kami dikunjungi beberapa orang dari desa Petumbak. Ketika kami melihat ada yang rasa rasa kami kenal ternyata Bibi Yunan bersama puteranya yang bernama Herman datang dari Petumbak. Tentu saja kami sambut dengan penuh kegembiraan dan mempersilakan Herman untuk ikut lokakarya secara gratis ,sedangkan Bibi sudah tua sekali hanya mengikuti penyembuhan saja.Menurut Herman yang dulu sewaktu kami di Patumbak masih SD kini sudah jadi Ayah dari 2 orang anak Pertemuan yang sungguh merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri bagi kami berdua