Tradisi Masyarakat Kelurahan Sumbersari Kota Malang dalam Menyambut Bulan Suci Ramadhan
Tak terasa bulan Ramadhan tinggal hitungan hari. Bulan yang sangat ditunggu-tunggu oleh umat Muslim, bulan yang penuh keberkahan, bulan yang suci, bulan yang penuh rahmat dan pengampunan. Ini kali pertama aku merayakan bulan Ramadhan di negeri orang.
Ya, kali ini aku akan merayakan bulan suci Ramadhan di Kota Malang, kota dimana aku menimba ilmu di tingkat universitas, tentunya dengan suasana yang sedikit berbeda, dengan kegiatan yang sedikit berbeda pula dan juga dengan tradisi yang berbeda.
Di kampung halamanku sebelum datang bulan suci Ramadhan para masyarakat melakukan sebuah tradisi untuk menyambut bulan suci Ramadhan seperti doa bersama maupun bersih-bersih desa. Namun, apakah di Kota Malang juga terdapat tradisi yang serupa dengan kampung halamanku?
Rasa penasaranku semakin tinggi, aku pun berniat untuk berkunjung ke rumah sesepuh sekaligus tokoh agama yang berada di sekitar kampusku untuk bertanya mengenai tradisi apa yang ada di Kota Malang dalam menyambut bulan suci Ramadhan.
Tetapi, aku sedikit kebingunan, bagaimana aku mendapatkan alamat rumah sesepuh sekaligus tokoh agama di desa sekitar kampusku, dan daerah mana yang akan ku kunjungi.
Aku yang tak kehabisan ide, kemudian bertanya kepada kakak kelasku yang saat ini tinggal di sebuah kost di Kelurahan Sumbersari. Tak lama kemudian kakak kelasku menyarankanku untuk mencoba ke sebuah masjid bernama Manarul Huda di Kelurahan Sumbersari.
Keesokan harinya, aku bergegas menuju masjid Manarul Huda dengan harapan bertemu dengan takmir dan segera mendapat alamat rumah sesepuh sekaligus tokoh agama di Kelurahan Sumbersari. Tetapi nasib baik tak berpihak padaku, masjid Manarul Huda gerbangnya terkunci, dan tidak ada orang di dalamnya.
Akupun segera berjalan menuju rumah-rumah warga yang dekat dengan masjid tersebut untuk bertanya mengenai keberadaan takmir masjid itu. Tetapi habis gelap terbitlah terang, aku langsung mengetahui alamat rumah sesepuh sekaligus tokoh agama Kelurahan Sumbersari dari warga sekitar, dan ternyata tempatnya sangat dekat. Akupun bergegas menuju alamat yang telah diberikan.
Sesampainya di alamat tersebut, aku langsung bertemu dengan sosok sesepuh sekaligus tokoh agama tersebut. Kemudian, akupun segera meminta izin kepada beliau untuk ku wawancarai mengenai tradisi menyambut bulan suci Ramadhan.
Tetapi lucunya aku harus berteriak ketika berbicara dengan beliau dikarenakan usianya yang sudah lanjut, tentu pendengarannya pun sudah berkurang. Tetapi bukan masalah bagiku, yang terpenting aku dapat bersilaturahmi dengan beliau, sekaligus bertanya mengenai tradisi menyambut bulan suci Ramadhan di daerah sumberdari.