Lebaran, Haruskah Ada Kecemburuan Sosial antara Bangsawan dengan Kaum Dhuafa?
Sesudah habis Ramadhan, umat Muslim menanti tibanya sholat ied.
Setelah semalam terdengar takbir akbar merayakan kemenangan menahan hawa nafsu tibalah esok umat merayakan Hari Raya Idul Fitri.
Makan ketupat dengan opor ayam, kue-kue, saling bersilaturahmi, dan sungkeman kepada orangtua.
Ada banyak kisah di dalamnya, ada air mata kebahagiaan berderai saat merayakan hari yang fitri tersebut.
Hari Raya Idul Fitri dirayakan dengan bahagia oleh semua kalangan mulai dari kaum bangsawan, kelas menengah, maupun kelas bawah.
Mereka semua sama-sama merayakan kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa menahan lapar dan dahaga.
Perbedaannya, dari sudut materi dimana para pejabat, artis, pengusaha merayakannya dengan kemewahan.
Namun kelas bawah dan mereka yang kurang beruntung merayakannya dengan kesederhanaan.
Mereka yang berpenghasilan pas-pasan itu cukup dengan berpakaian baru di Hari Raya Idul Fitri ini, serta membuat atau membeli penganan sekedarnya.
Tidak jarang kondisi ini juga masuk dalam agenda keadilan yang merupakan program pemerintah untuk memeratakan kekayaan agar tidak muncul kecemburuan sosial di masyarakat.
Bayangkan jika para artis, pejabat pemerintah, dan kaum bangsawan lainnya merayakan lebaran ini dengan pakaian mahal, hidangan mahal, berwisata yang "wah", bersantai di villa mereka, dan sebagainya.