Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Administrasi

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Ramadan dan Waisak, Kita Beda tapi Disatukan Budaya

7 Mei 2020   12:15 Diperbarui: 7 Mei 2020   12:20 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadan dan Waisak, Kita Beda tapi Disatukan Budaya
Foto kenangan keluarga di Candi Borobudur (dokpri)

Semua agama mengajarkan kebaikan. Ketika harus memilih diantara beberapa agama berarti agama yang dipilih adalah yang terbaik. 

Saya memilih Islam berarti yang terbaik. Begitu pula sahabat saya memilih Buddha sebagai agama yang ia peluk.  Memeluk agama walaupun kita berbeda tetapi dengan tujuan yang sama yakni bisa bermanfaat bagi sesama umat.

Begitu pula Islam adalah agama rahmatan lil 'alamin sebagai bentuk rahmat dan rasa kasih sayang Allah SWT, karunia dan nikmat yang diberikan kepada makhluknya di seluruh alam semesta. Saya dari keluarga Islam yang hidup di tengah keberagaman agama. Untuk mereka yang beragama Buddha di Bangka sebagian besar mereka dari warga Tionghoa. Sejak lama hidup berdampingan. Bahkan bertetangga.

Sebagai gambaran nyata dari kebersamaan itu dan masih ada kebersamaan itu yang saya alami tahun 2019 lalu. Ketika nenek saya meninggal dunia, tetangganya yang merupakan pemeluk berbagai agama. Banyak tetangga adalah warga Tionghoa yang diantaranya adalah beragama Budha turut membantu kesibukan di rumah duka.

Budaya yang saling tolong-menolong dengan sesama antar umat beragama telah melekat di masyarakat kita. Bulan Ramadan 1441 H ini seorang teman waktu SMA di Sungailiat, Jono warga Tionghoa yang non muslim yang tinggal di Jakarta mendapat musibah putrinya meninggal dunia. Kami memiliki WA grup alumni SMA. Ketika mendapat kabar teman-teman bernisiatif mengumpulkan sumbangan untuk Jono yang lagi berduka. Ketika dana itu terkumpul Jono minta dana itu disumbangkan ke panti asuhan saja di Sungailiat. Kepedulian kita walaupun berbeda agama masih tetap dibertahankan hingga sekarang karena budaya yang kuat, khususnya untuk tetap menjalin silaturahmi.

Pemeluk agama Buddha di Bangka tidak banyak. Wihara tempat ibadah umat Buddha berdiri di hanya di beberapa tempat di Sungailiat sesuai dengan jumlah penganutnya. Letak tempat ibadah umat Budha seperti yang ada di kelurahan Kuday. Wihara letaknya berdekatan sekitar 200 m dengan masjid yang ada di kampung Pasir. Aman-aman saja hidupnya selalu rukun dan damai.

Disatukan Budaya

Ajaran agama kita berbeda. Tapi kita bisa disatukan dengan budaya. Budaya di kabupaten Bangka yang dikenal dengan adat Sepintu Sedulang yang di dalamnya bermakna kebersamaan, kegotongroyongan, yakni ketika satu kekuarga mengalami musibah seperti meninggal dunia diantara wujud kebersamaan itu tampak.

Seluruh warga desa turut membantu diantaranya menggelar doa dengan membawa berbagai makanan yang dibawa dari setiap rumah warga dengan satu dulang menuju masjid sebagai tempat acara. Dulang ini dibawa dari setiap rumah ke masjid maupun tempat pertemuan lainnya ketika 3 hari, 7 hari, 25 hari, 40 hari dan 100 hari doa dipanjatkan untuk yang meninggal dunia. Karena itu adat ini disebut Sepintu Sedulang.

Biasa membantu sesama umat juga dilakukan umat Budha ketika hari Waisak. Merupakan tradisi membagi cinta kasih dengan membantu orang miskin. Bantuan yang diberikan bisa berupa sembako, juga melepas hewan seperti burung sebagai simbol cinta kasih dan penghargaan terhadap lingkungan, serta merenungkan apa yang telah dilakukan, baik atau buruk. Tahun mendatang dengan resolusi akan lebih baik dan tidak akan mengulangi perbuatan dosa.

Mengetahui tentang peringaran hari-hari besar keagamaan tidak hanya sekedar nama perayaannya namun juga mendapatkan informasi dari seluk beluk perayasn itu. Didapatkan dalam mata pelajaran sekolah. Namun sekarang siswa sekolah tidak lagi mempelajari selengkap dulu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun