Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Administrasi

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

(Fiksi Ramadan) Tak Tampak Hilal dari Rumah Nelayan Pesisir

23 Mei 2020   22:05 Diperbarui: 23 Mei 2020   22:02 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Fiksi Ramadan) Tak Tampak Hilal dari Rumah Nelayan Pesisir
Ilustrasi (dokpri)

"Artinya besok kita sudah lebaran," jelas Ayahnya.

Jupri menanggapinya dingin. Tidak tampak keceriaan di wajahnya. Namun ia berusaha tenang untuk menerima keadaan. Lebaran kali ini ia tidak punya baju baru. Juga tidak ada kue kering.

"Hilal tidak tampak dari rumah kami," batin Jupri.

Ia tidak ingin ayah, apa lagi ibunya sampai tersinggung. Menyadari Ayahnya hanyalah sebagai nelayan miskin yang bekerja dengan pemilik kapal. Bekerja dengan om Juragan.

Keluarga nelayan miskin yang tinggal di pesisir pantai Timur di malam lebaran datang ke masjid kampung dengan membawa kupon sebagai mustahiq penerima zakat fitrah. Setelah ayah membawa beras dan sejumlah uang, ibu Jupri membuat ketupat malam itu dengan beras yang baru di dapat. 

Ayahnya telah  menyemblih satu ekor ayam sebelumnya buat lauk makan ketupat. Jupri merasakan hampir setiap tahun suasana lebaran yang sederhana. Jupri merasa kondisi terasa tidak adil yang ia alami.

Ia ingin menyalahkan Tuhan. Tapi ingat pesan guru agamanya di sekolah bahwa tidak boleh menyalahkan Tuhan. Allah itu Maha Adil, pengasih lagi penyayang. 

Jupri tidak ingin menyakiti hati ayahnya. Ayah telah berkerka keras, tapi upah ysng didapat tidak setimpal dengan tugasnya sebagai nelayan yang mempertaruhkan nyawa di tengah lautan. Apa lagi saat musim angin Barat, ibunya selalu cemas. Tidak tidur selama ayah melaut, semalaman kerjanya hanya mendoakan suaminya.

Batin Jupri terus berkecamuk. Kepada siapa ia harus mengadu. Sebagai anak pesisir, lautlah tempatnya mengadu. Jupri berlari ke tepi pantai, ia berteriak sekeras-kerasnya. Lepas beban di batinnya. 

Jupri menumpahkan emosinya kepada laut. Hanya dijawab dengan debur ombak yang tenang. Laut dinilai tidak adil. Telah membuat om Juragan bertambah kaya, sedangkan ayahnya terus miskin.

Sementara beberapa nelayan yang lain sudah menerima bantuan kapal. Ayahnya tidak pernah mendapat bantuan. Terus menjadi kuli om Juragan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun