Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Penulis

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Berlapar-lapar Mengasah Soft Skills, Berjaya di Bisnis dan Bursa Kerja

15 April 2021   09:51 Diperbarui: 15 April 2021   10:24 1390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berlapar-lapar Mengasah Soft Skills, Berjaya di Bisnis dan Bursa Kerja
Ramadan saat yang tepat untuk menumbuh-kembangkan 'soft skills' kita (doc. Your Training Edge, Vecteezy/ed.WS)

9. Kepemimpinan

Semua soft skills dapat membuat anda menjadi karyawan/pebisnis yang hebat; namun soft skill kepemimpinanlah yang akan melejitkan anda ke posisi tertinggi. Apa pun pekerjaannya, sebagian besar pemberi kerja mencari seseorang yang mampu berkembang peran yang diembannya. Soft skill kepemimpinan merupakan kombinasi dari semua soft skill  lainnya. Ketika anda mampu menyatukan semuanya; maka tidak hanya dapat bekerja baik dengan tim, tetapi anda juga mampu mengarahkan dan membuat anggota lain menjadi lebih baik.

Shaum Ramadan Sangat Membantu Pengembangan 'Soft Skills'

Paparan singkat di atas menunjukkan bahwa pengembangan soft skill yang optimal sangat membutuhkan kondisi otak maupun kondidi kejiwaan (psikis) yang sehat. Oleh karena itu shaum  atau puasa di bulan Ramadan merupakan sarana terbaik untuk membangun dan mengembangkan soft skills. Kenapa?

Dr Amber Haque, profesor Psikologi Klinis School of Psychology and Social Work, di Doha Institute for Graduate Studies, memaparkan bahwa rata-rata otak manusia memiliki 100 miliar sel dan mengonsumsi 22% atau lebih dari total energi tubuh, tetapi uniknya otak justru menjadi lebih aktif selama kita kurang makan (Gulf News, 15 Mei 2019).

Setelah berpuasa selama 3-4 hari, menurut Amber, hati mulai mengubah lemak tubuh kita menjadi bahan kimia yang disebut keton. Salah satu keton ini (beta-HBA) adalah sumber bahan bakar yang sangat efisien untuk otak, memungkinkannya berfungsi selama berjam-jam puasa sekaligus di saat yang sama mengurangi ketergantungan pada gula yang dihasilkan dari glukogenesis yang sangat membebani otot-otot. Proses ini membuat otak lebih waspada secara kognitif dibanding saat mengandalkan energi yang bersumber pada glukosa tubuh.

Saat puasa terjadi peningkatan produksi protein yang disebut Brain Derived Neurotrophic Factor (BDNF) sehingga otak bisa membangun lebih banyak neuron (sel otak) untuk membantu dirinya bekerja secara efisien. Studi menunjukkan bahwa membangun neuron menunda permulaan penurunan keterampilan motorik dan memori spasial serta memulihkan kapasitas mental.

Selain itu selama berpuasa, jumlah mitokondria di sel saraf meningkat dan mendongkrak kemampuan neuron untuk membentuk serta mempertahankan koneksi, yang menghasilkan pembelajaran dan daya ingat yang lebih baik.

Penelitian di bidang psikologi, lanjut Amber, juga menunjukkan hasil positif dari puasa pada kognisi dan memori. Mereka yang berpuasa akan secara otomatis belajar tentang kesabaran untuk menahan godaan makanan maupun rangsangan lingkungan lainnya.

Puasa selanjutnya akan menjadi langkah pelatihan pengendalian dan pengaturan diri dimana setiap orang yang berpuasa akan terdorong untuk belajar menata rutinitas sehari-hari dengan cara tertentu yang pada akhirnya akan membentuk kedisiplinan. Hal itu pula yang membuat kita bisa menyadari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki sehingga bisa belajar untuk 'menjinakkan' diri (nafsu destruktif) kita sendiri lalu mengarahkannya pada  peningkatan kualitas diri.

Manfaat psikologis lain bagi banyak orang adalah peningkatan rasa memiliki dengan suatu kelompok atau komunitas. Selama Ramadan, semua Muslim didorong berbagi makanan atau benda bermanfaat apapun dengan orang lain, terutama dengan mereka yang kurang beruntung. Praktik berbagi dan peduli ini mendorong kualitas altruistik (menolong dengan ikhlas tanpa berharap balasan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun