Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Penulis

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Tambatkan Al Fatihah, Berlayarlah Sampai Jauh

28 April 2021   09:29 Diperbarui: 28 April 2021   09:52 1010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tambatkan Al Fatihah, Berlayarlah Sampai Jauh
Al Fatihah adalah surah yang akan menjadi bagian integral sholat-sholat umat Islam selamanya (dok. Ihjoz.com,MissMuslim/ed.WS)

Perjalanan menjadi penghafal Al Qur'an pastilah diawali dengan belajar membaca secara tartil (benar sesuai kaidah, termasuk bunyi dan panjang-pendek dalam melafalkan huruf-huruf  Hijjaiyyah yang terangkai dalam setiap kata, lalu kapan harus berhenti atau melanjutkan membaca, dan seterusnya) surat pertamanya, yaitu Al Fatihah.

Lalu karena Rasul shalallahu'alaihi wassalam, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, bersabda,"Tidak ada sholat bagi orang yang tidak membaca Fatihahul-Kitab", maka setiap muslim akan selalu membaca surat yang terdiri dari 7 ayat itu minimal 17 kali sehari-semalam dalam setiap sholat fardhu yang didirikannya. Tanpa Al Fatihah, sholat fardhu maupun sholat sunnah jadi tidak sah alias sama saja dengan tidak sholat.

Saat membaca Al Fatihah dalam sholat, kita sebenarnya tengah berkoordinasi langsung dengan Penguasa Alam Semesta seputar segala aspek kehidupan yang tengh dijalani. Shahih Muslim meriwayatkan dari hadits al Ala' bin Abdur Rahman yang sanadnya tersambung pada Abu Hurairah radiyallahu'anhu bahwa Rasulullah bersabda,"Allah Ta'alaa berfirman : 'Aku membagi sholat antara Aku dan hambaKu menjadi dua bagian; separuhnya untukKu dan separuhnya untuk hambaKu, bagi hambaKu (dia akan mendapatkan) apa yang dia minta ..."

Lalu hadits itu pun memaparkan proses dialog yang terjadi antara Sang Khaliq dengan makhlukNya saat Al Fatihah dibaca dalam sholat," ... ' Apabila hamba mengucapkan ,'alhamdulillaahi Rabbil 'aalamiin.' Maka Allah berfirman,'HambaKu telah memujiKu.' Dan apabila hamba mengucapkan,'ar-Rahmaanir Rahiim.' Allah berfirman,'HambaKu telah menyanjungKu.' Dan apabila hambaKu mengucapkan,'Maaliki yaumiddiin.' Allah berfirman,'HambaKu telah memuliakan Aku.' Dan apabila hamba mengucapkan,'iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin.' Allah berfirman,'Ini adalah antara Aku dan hambaKu dan bagi hambaKu apa yang ia minta.' Maka apabila hamba itu mengucapkan,'ihdinash shiraathal mustaqiim, shiraathalladziina an'amta alaihim ghairil maghdhuubi alaihim waladh-dhaalliin.' Allah berfirman,'Ini adalah untuk hambaKu dan bagi hambaKu apa yang ia minta.'"

Itulah kenapa para ulama selalu berpesan agar tenang dalam mendirikan sholat-sholat kita, tak tergesa membaca Al Fatihah maupun surat-surat lain sesudahnya. Ibarat budak menghadap majikan, karyawan menghadap bos, atau menteri menghadap presiden. Ada etika dan kesantunan dari mulai penampilan diri sampai cara berdialog semata-mata agar harapan terbaik kita bisa terealisasi secara menyeluruh.

Maka Al Fatihah pun menjadi surat pertama Al Qur'an yang diperkenalkan para orangtua berdedikasi tinggi pada anak-anak mereka, bahkah banyak yang memulainya sejak jabang bayi masih bersemayam nyaman di rahim bundanya. Semata agar buah hati dapat tumbuh-kembang secara optimal, bukan hanya fisik namun juga akhlak-nya.

 Al Fatihah merupakan media edukasi terbaik bagi anak-anak karena dengan mengenalkan mereka pada Rabb yang menciptakan dan memelihara mereka sejak dini, anak-anak akan bertumbuh jadi individu-individu optimistik yang tak gampang remuk dilanda pasang-surut ombak kehidupan yang pasti akan selalu ada.

Kemana pun kita melangkah, otak dan hati yang tertambat pada jiwa Al Fatihah akan selalu mampu berdamai dengan berbagai ujian berupa kesulitan maupun kemudahan, pantang menyerah untuk menemukan solusi terbaik menjadi bagian dari rahmat semesta dengan bergantung mutlak pada kasih sayangNya.

Maka tak ada alasan untuk takut mengambil langkah-langkah besar dalam mengarahkan kapal kehidupan  kemanapun kita ingini, selama jangkar pikiran dan hati tetap bertambat di kedalaman hikmah Al Fatihah.

Untung-rugi secara duniawi, termasuk bahagia-nestapa, boleh datang dan pergi untuk disyukuri  atau disabari. Tak perlu gundah hati berlarut-larut. Tak jadi soal selama akhirnya kita bisa pulang padaNya dan beroleh kesenangan yang abadi.

Demikianlah Al Fatihah terus hidup dan dihafalkan bukan hanya sepanjang Ramadan, melainkan sepanjang peradaban manusia masih ada hingga tiba alunan terompet Israfil menggentarkan semesta. Pertanda kiamat sudah tiba.

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun