Saeful Ihsan
Saeful Ihsan Wiraswasta

Seseorang yang hobi membaca dan menulis resensi buku.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Menyambut Ramadhan, Jalan Indah Menghapus Dosa

26 Maret 2023   07:09 Diperbarui: 26 Maret 2023   07:15 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Serupa dengan hadis riwayat Bukhari tentang berpuasa karena iman dan dengan mengharapkan pahala, hadis Nabi yang lain (juga riwayat Bukhari) mengatakan: 

"Barang siapa yang menegakkan Ramadan karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dari-Nya) maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dikerjakannya."

Perbedaan kedua hadis tersebut terletak pada redaksi shoma, yang berarti berpuasa, pada hadis pertama, dan redaksi qoma, yang berarti mendirikan atau menegakkan, pada hadis kedua.

Mendirikan ramadhan, dalam beberapa terjemahan, dimaknai sebagai salat tarawih. Misalnya jika kita periksa pada kitab Riyadus Shalihin karya Imam Nawawi, yang diterjemahkan oleh Ahmad Najih terbitan Karya Utama Surabaya. Di sana kata qoma diterjemahkan menjadi salat tarawih.

Bukan hanya salat tarawih, mendirikan puasa juga dengan tadarus Al-Qur'an, memperbanyak sedekah, serta melaksanakan i'tikaf, yakni berdiam diri di masjid pada sepuluh hari terakhir bulan ramadhan.

Tanpa qoma ramadhana imanan wahtisaban, atau melaksanakan salat tarawih tetapi hanya sekadar ikut-ikutan, maka seseorang yang berpuasa hanya akan jatuh kepada apa yang dimaksud dalam penggalan hadis riwayat Imam Ahmad berikut: "... dan berapa banyak orang yang salat malam tidak mendapatkan bagian dari ibadahnya melainkan bergadang saja."

Mencermati ketiga hal yang telah disebutkan di atas beserta hadis-hadis yang dicantumkan, maka terdapat persamaan antara mekanisme taubat dengan penyambutan bulan suci ramadhan. Yakni sama-sama dapat menghapus dosa.

Perbedaanya, pada narasi taubat tidak menyertakan batasan waktu dosa yang diampuni. Namun hadis tentang mendirikan dan mengerjakan puasa ramadhan menyebut secara eksplisit 'diampuni dosa-dosanya yang telah lalu'.

Jika direnungkan lebih dalam, tidakkah menyambut bulan suci ramadhan juga merupakan taubat itu sendiri? Yang lebih luas, lebih indah, dan lebih membahagiakan? Demikianlah kasih sayang Allah kepada orang-orang yang beriman. Oleh sebab itu mereka disuruh berpuasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun