Saeful Ihsan
Saeful Ihsan Wiraswasta

Seseorang yang hobi membaca dan menulis resensi buku.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Mengakali Puasa dengan Tamasya Kemegahan

20 April 2023   01:27 Diperbarui: 20 April 2023   01:34 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengakali Puasa dengan Tamasya Kemegahan
Sumber foto: statistik.jakarta.go.id

Mengapa pada akhirnya saya memutuskan untuk berhenti dari suatu even ramadan, yakni mengikuti seluruh tantangan membuat tulisan mengenai tema ramadan yang ditentukan setiap harinya?

Karena saya terbentur pada satu tema yang sangat bertentangan dengan idealisme saya. Yaitu, tatkala nuansa kemegahan berupaya diketengahkan dalam mengisi ramadan, dalam bentuk cerita-cerita mengenai tamasya ke tempat-tempat persinggahan berbayar mahal, mewah, dijadikan tema untuk diperlombakan, dan tulisan pemenag lomba mendapat hadiah fantastis.

Mengapa saya keberatan dengan tema seperti itu? Setidaknya ada tiga alasan:

Pertama, tidak semua orang mampu melakukan tamasya ke tempat-tempat yang indah, bersejarah, apalagi di dalamnya memuat tentang tempat persinggahan atau tempat menginap yang berbayar mahal, karena kemewahan dan kemegahannya. Hal ini sangat mengusik rasa kemanusiaan saya terhadap mereka (penulis-penulis) yang tidak mampu melakukan hal itu.

Lagipula even ini dibuka untuk umum. Kita tahu, di balik kata 'umum' itu terdapat golongan yang tidak akan bisa mengikuti tema tulisan itu disebabkan keuangan mereka yang tak mendukung untuk melakukannya. Juga pengalaman mereka dalam menjamah tempat-tempat yang merupakan afiliasi sponsor penyelenggara even itu.

Orang-orang yang tak punya pengalaman wisata kemegahan, apalagi pada tempat-tempat yang telah ditentukan karena afiliasinya dengan sponsor even lomba, tentu ini akan dengan sendirinya menggugurkan mereka, yang telah disebutkan, dari perlombaan.

Kedua, kemegahan itu sendiri, selain identik dengan  diskriminasi terhadap kelas sosial tertentu, juga sesungguhnya merupakan hal yang dianjurkan untuk dijauhi dalam agama. Coba perhatikan Q.S. At-Takatsur (102) ayat 1 - 2:

"Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur."

Dan benar saja, terbiasa dengan kemewahan akan membuat lupa pada kehidupan orang-orang kecil. Dalam hal ini, penulis-penulis yang tidak memiliki akses terhadap tempat-tempat tamasya megah yang telah tercantum dalam ketentuan lomba, cenderung tidak diuntungkan.

Terbiasa dengan kemewahan dan kemegahan itu akan membuat diri senantiasa butuh dimanjakan, cerita-cerita mengenainya hanya akan dimengerti oleh orang-orang yang juga hobi terhadap kemewahan dan kemegahan, namun tidak akan nyambung bagi kalangan masyarakat bawah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun