Eko Gondo Saputro
Eko Gondo Saputro Dosen

Menjadikan menulis sebagai salah satu coping mechanism terbaik✨

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Serunya Antusiasme Masyarakat Berburu Takjil: Roda Ekonomi Berputar Kencang dan Persatuan Semakin Erat

18 Maret 2024   14:19 Diperbarui: 18 Maret 2024   18:53 1374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Serunya Antusiasme Masyarakat Berburu Takjil: Roda Ekonomi Berputar Kencang dan Persatuan Semakin Erat
Umat muslim di Indonesia hari ini mulai menjalankan ibadah puasa.(KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO)

Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia

Keajaiban ekonomi yang tercipta dari adanya bulan suci Ramadan dapat terlihat dari kesiapan Bank Indonesia (BI) dalam memenuhi ketersediaan uang tunai selama Ramadan hingga hari raya idulfitri.

Data di atas menunjukkan seberapa besar dampak bulan suci Ramadan terhadap perputaran uang yang terjadi. Di mana ini menunjukkan adanya kegiatan ekonomi yang menciptakan sebuah value dan tentunya dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi hingga dalam skala nasional.

Angkanya pun dapat dikatakan terbilang mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir. Bank Indonesia menyiapkan uang tunai untuk memenuhi kebutuhan atau permintaan selama Ramadan hingga idulfitri pada tahun 2019 sebesar Rp 160 triliun dan kemudian meningkat hingga Rp195 triliun pada tahun 2013 lalu.

Meskipun terlihat juga pada tahun 2020-2021 mengalami penurunan sebagai akibat pandemic Covid-19 yang menyebabkan aktivitas masyarakat terbatas, namun pada tahun 2022 kembali peningkatan hingga seterusnya. Dan pada tahun 2024 ini digadang-gadang BI sudah menyiapkan RP 197,6 triliun untuk Ramadan hingga idulfitri.

Ilustrasi berbuka puasa bersama.(Freepik/odua)
Ilustrasi berbuka puasa bersama.(Freepik/odua)

Ramadan dalam dimensi sosial

Ramadan hadir tidak hanya menjadi sebuah momen keajaiban bagi perekonomian nasional saja, tetapi juga dapat dilihat dari sisi sosial. Suatu hal yang tidak mengejutkan karena di bulan yang suci ini kegiatan sosial masyarakat juga mengalami peningkatan dibandingkan hari biasanya.

Mulai dari aktivitas masyarakat bertemu dengan kerabat dalam momen berbuka puasa bersama, kegiatan sosial membagikan makanan kepada masyarakat lainnya baik dalam skala yang kecil seperti lingkungan rumah hingga skala yang lebih besar yang biasanya dilakukan di jalan raya besar.

Binish Qardi dalam artikelnya "Ramadan and its soscio-economic implications" menjelaskan lebih lanjut bahwa Ramadan mempromosikan sifat kolektivisme di dalam masyarakat atau yang lebih sederhana lagi dapat dikatakan dengan istilah semangat kebersamaan.

Sifat kolektivisme ini bisa dilihat khususnya dalam hal 'makanan'. Ketika kita menjalankan ibadah puasa, maka kita dalam hal ini mencoba mengendalikan keinginan untuk mementingkan kepentingan pribadi, hal-hal negatif, dan demikian juga dengan kesejahteraan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun