Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Guru

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Belajar Nasab dari Acara "Trah-Trahan" Idul Fitri

11 April 2024   11:24 Diperbarui: 12 April 2024   07:43 1915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar Nasab dari Acara "Trah-Trahan" Idul Fitri
Suasana Ramadan di Desa Krakitan, Bayat, Klaten, Jawa Tengah (KOMPAS/AGUS SUSANTO)

Jauh-jauh hari sebelum acara dimulai setiap keluarga harus memberikan update terbaru keanggotaannya, entah itu siapa saja yang sudah meninggal, baru saja menikah dan siapa saja yang baru mendapatkan momongan baru. Hal ini menjadi sangat penting, agar kita bisa mengetahui subordinat nasab kita baik dari ke atas, samping hingga ke bawah.

Doorprize Tukar Kado

Seperti acara-acara kumpul keluarga lainnya, untuk menambah menarik acara pertemuan, maka setiap keluarga yang hadir, akan membawa kado yang akan ditukar kado keluarga lainnya. Terkesan klasik, namun justru hal ini yang sering dinanti-nanti saat acara Trah-Trahan.

Acara tukar kado biasanya sangat dinantikan oleh anak cucu, utamanya yang masih duduk di bangku sekolah, karena tak jarang mereka mendapatkan uang angpaw yang jumlah tak sedikit, sehingga sangat menambah keseruan jalannya acara.

Pihak panitia pun kadang menyediakan doorprize menarik kepada para tamu yang datang, dengan mengadakan kuis-kuis yang pertanyaannya berkisar tentang pengetahuan garis nasab para leluhur di jaman dulu, sehingga para kaum muda bisa tertarik belajar tentang sejarah leluhurnya dengan metode doorprize menarik.

Narasumber Tetua

Pada akhir acara biasanya, ada tetua simbah yang ditunjuk untuk menceritakan beberapa kisah menarik di jaman dahulu. Kisah-kisah yang diperdengarkan biasanya cerita tentang sepak terjang para simbah dalam mencari nafkah di jaman sulit.

Sesi acara ini adalah yang sangat paling ditunggu oleh semua keluarga besar Trah, karena sesi ini adalah momen yang paling berkesan dari acara Trah-Trahan, sebagai bentuk rasa respek atau hormat kepada leluhur kita yang berjuang keras di jaman dulu, sehingga kita anak cucunya sekarang bisa hidup dengan nyaman.

Tak lupa, narasumber tetua yang menceritakan kisah jadulnya, juga menitipkan pesan-pesan bijaksana kepada seluruh khalayak keluarga besar agar selalu menjaga kerukunan dan tolong menolong antar sesama Trah.

Saya tidak tahu apakah di daerah pembaca sekalian terdapat tradisi seperti ini, mungkin saya rasa juga ada yang demikian, namun berbeda formatnya saja, mengingat masyarakat Nusantara adalah pribadi-pribadi ketimuran yang sangat menghormati leluhurnya. Semoga Bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun