Mengenang Lebaran 1997 Kelam di Kalimantan Barat
Konflik antar suku di Kalimantan Barat sebenarnya sudah kerap terjadi sebelumnya, hanya mungkin pemberitaan di jaman Orde Baru agak membatasinya, bahkan pasca konflik 1997, pada tahun 1999 kejadian yang hampir sama terjadi lagi di Kalimantan Barat, bahkan melibatkan banyak suku-suku lain.
Dari kisah konflik antar-suku pada saat Ramadan 1997 di Kalimantan Barat, ada beberapa hal yang bisa diambil pelajaran, agar kisah memilukan tersebut tidak terjadi lagi. Berikut ada beberapa poin yang bisa saya berikan agar supaya kehidupan antar masyarakat di Kalimantan Barat selalu tenteram dan damai.
Netralitas Aparat
Berdasarkan pengamatan saya dari pembicaraan bapak-bapak di jaman itu, bisa disimpulkan konflik menjadi meluas juga diakibatkan kurang netralnya para aparat, baik kepolisian dan TNI dalam penanganan dari kedua belah pihak. Sebagai contoh, ada kesatuan dinas aparat di suatu daerah yang di dalamnya ada etnik Dayak, maka kesatuan dinas tersebut akan berpihak pada suku Dayak, begitu juga sebaliknya apabila kesatuan dinas yang di dalamnya ada etnik Madura, maka yang dibela adalah para warga suku etnik Madura.
Seharusnya dalam penanganan konflik, para aparat harus bersifat netral serta berusaha menenangkan kedua belah pihak, sembari mencari upaya hal-hal yang kiranya bisa mendamaikan situasi menjadi lebih baik.
Pertemuan Rutin Antar Komunitas
Sebenarnya di akar rumput, antar komunitas suku tidaklah terjadi singgungan, entah itu Melayu, Dayak, Madura, Hakka, Teocheu, Bugis, Minang dan lain-lain. Bahkan saya beretnik Melayu-Jawa punya teman karib dari semua suku tersebut, hampir tiap sore saya bermain bola dengan Musar, teman saya dari suku Madura, dan saya pun punya kerabat saudara dari suku Dayak, semuanya hidup berdampingan selaras.
Hanya saja, saya menilai secara pribadi, kebiasaan minuman keras saat acara-acara seperti resepsi atau konser dangdut, kadang bisa membuat seseorang menjadi temperamen, lalu apabila yang bersinggungan kebetulan berbeda etnik, maka bisa saja menyulut konflik menjadi melebar dan meluas. Solusinya perlu diadakan pertemuan antar komunitas etnik secara rutin, agar supaya apabila ada gesekan, dapat ditanggulangi segera agar tidak cepat meluas
Kampanye Anti Politik Identitas
Terakhir saya sempat bertandang ke Kalimantan Barat, saya merasakan politik terkadang agak membelah persatuan di sana. Politik identitas masih kuat dan kental, sebagai contoh apabila ada Pilkada, ada Cabup A yang pro suku tertentu, kemudian Cabup B yang juga pro suku yang lain. Sungguh hal ini seharusnya tidak boleh terjadi di Kalimantan Barat, karena bisa saja menjadi bom waktu konflik sebagaimana yang terjadi pada medio 90an.
Maka dari itu, seharusnya para pemuda antar-suku di Kalimantan Barat, mulai menyuarakan kampanye anti politik identitas, artinya pemimpin atau caleg yang dipilih didasarkan kapasitas kemampuan kepemimpinannya, bukan berdasarkan latar belakang etniknya, karena pemimpin yang baik adalah sosok yang dapat merangkul semua pihak.
Momen Idul Fitri Sebagai Pemersatu
Tradisi Idul Fitri di Kalimantan Barat sejatinya tidak sepenuhnya milik kaum muslim saja, pengalaman saya, teman-teman ayah saya yang non-muslim banyak yang berkunjung silaturahmi ke rumah kami, sebaliknya apabila hari raya Natal tiba, ayah saya berbalas berkunjung ke rumah teman ayah saya yang beragama Nasrani, menariknya makanan yang disajikan ke kami, langsung diklaim oleh tuan rumah dijamin kehalalannya, sungguh sangat indah jalinan silaturahmi antar suku dan agama di Kalimantan Barat.
Maka dari itu, momen Idul Fitri bisa dimanfaatkan sepenuhnya oleh berbagai pihak di Kalimantan Barat untuk menyatukan visi damai di Bumi Khatulistiwa. Perkataan mohon maaf lahir dan batin harus benar-benar merasuk dari berbagai pihak, bukan sekedar basa-basi semata.
Semoga kenangan Ramadan dan Lebaran 1997 yang kelam di Kalimantan Barat tidak terulang kembali di masa depan, karena sejatinya Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin, menyebarkan kedamaian antar umat manusia. Salam Damai, Salam Kententraman. Mohon Maaf Lahir dan Batin