Sechudin
Sechudin Wiraswasta

Jurnal Lokal

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Harga Sembako Pra Ramadan: Tantangan Ekonomi dalam Menyambut Bulan Suci

10 Maret 2024   14:52 Diperbarui: 10 Maret 2024   14:56 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap tahun menjelang Ramadan, masyarakat sering kali dihadapkan pada kenaikan harga sembako, yang menjadi perbincangan hangat di kalangan publik. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di banyak negara Muslim lainnya.

Peningkatan harga sembako pra Ramadan seringkali menjadi beban tambahan bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah. Dalam beberapa kasus, kenaikan harga sembako dapat mengakibatkan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, terutama ketika terkait dengan kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, dan gula.

Tantangan ini terutama dirasakan oleh keluarga yang memiliki anggaran terbatas. Peningkatan harga sembako dapat mengurangi daya beli mereka dan memaksa mereka untuk menyesuaikan pola makan atau bahkan mengorbankan kebutuhan lain untuk memenuhi kebutuhan dasar.

Di sisi lain, kenaikan harga sembako juga mempengaruhi stabilitas sosial dan politik suatu negara. Ketidakstabilan ekonomi akibat harga sembako yang tinggi dapat menciptakan ketegangan sosial, meningkatkan ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintah, dan berpotensi memicu protes atau demonstrasi.

Namun, perlu dipahami bahwa kenaikan harga sembako pra Ramadan tidak selalu hanya karena spekulasi atau praktik tidak etis dari para pedagang. Faktor-faktor seperti peningkatan permintaan, keterbatasan pasokan, biaya produksi yang meningkat, dan fluktuasi harga internasional juga mempengaruhi harga sembako.

Mengatasi masalah harga sembako pra Ramadan membutuhkan kerjasama antara pemerintah, produsen, distributor, dan konsumen. Pemerintah harus mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengendalikan harga sembako, seperti mengatur pasar, menstabilkan harga komoditas pokok, dan memberikan subsidi bagi kelompok rentan.

Di sisi lain, masyarakat juga perlu meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga stabilitas harga sembako dengan cara tidak mempermainkan harga atau menimbun stok barang untuk kepentingan pribadi.

Dalam keseluruhan, harga sembako pra Ramadan bukan hanya masalah ekonomi, tetapi juga masalah sosial dan politik yang memerlukan solusi yang komprehensif. Masyarakat harus dapat merasa aman dan terjamin dalam menyambut bulan Ramadan tanpa harus merasa terbebani dengan harga sembako yang tinggi.

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun