Siti Nazarotin
Siti Nazarotin Guru

Tebarkan manfaat lewat kata-kata. Akun Youtube: https://youtube.com/channel/UCKxiYi5o-gFyq-XmHx3DTbQ

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Membentuk Karakter Unggul: 10 Tata Krama yang Perlu Diajarkan pada Anak

20 April 2024   19:56 Diperbarui: 20 April 2024   20:09 1425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membentuk Karakter Unggul: 10 Tata Krama yang Perlu Diajarkan pada Anak
Acara Halal Bihalal dan Parenting | Sumber gambar: Hartatik MS

Mengucapkan terima kasih adalah lebih dari sekadar tindakan sopan; itu adalah ekspresi dari sikap yang menghargai dan rasa syukur yang tulus. Ketika anak-anak diajarkan untuk mengucapkan terima kasih, mereka belajar untuk melihat kebaikan dalam setiap tindakan orang lain dan menghargai kontribusi mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini juga membantu mereka memahami bahwa tidak ada yang diberikan secara cuma-cuma, dan setiap bantuan atau pemberian memerlukan penghargaan yang tulus.

Dengan demikian, mengucapkan terima kasih bukan hanya tentang memenuhi kewajiban sosial, tetapi juga tentang membangun sikap yang penuh rasa syukur dan penghargaan terhadap kebaikan yang diterima dari orang lain. Ini adalah Fondasi penting dalam membentuk kepribadian yang ramah, rendah hati, dan berempati terhadap sesama.

Penulis menghadiri undangan Halal Bihalal dan Parenting di SDN Banggle 02 | Sumber gambar: Susiyawati
Penulis menghadiri undangan Halal Bihalal dan Parenting di SDN Banggle 02 | Sumber gambar: Susiyawati
  1. Meminta Maaf Ketika Berbuat Salah

Mengajarkan anak-anak untuk meminta maaf ketika mereka melakukan kesalahan merupakan langkah penting dalam membentuk karakter yang bertanggung jawab. Ketika anak-anak belajar untuk mengakui kesalahan mereka dan meminta maaf, mereka tidak hanya mengakui dampak dari tindakan mereka, tetapi juga memperlihatkan kemauan untuk bertanggung jawab atas kesalahan tersebut.

Proses meminta maaf juga membantu mereka belajar untuk berpikir secara reflektif tentang konsekuensi dari perilaku mereka dan memahami pentingnya memperbaiki kesalahan untuk mencegah hal serupa terjadi di masa depan.

Dengan demikian, meminta maaf bukanlah tanda kelemahan, tetapi justru merupakan tanda kedewasaan dan kemauan untuk tumbuh dan belajar dari pengalaman. Orang tua dan guru memiliki peran penting dalam membimbing anak-anak untuk memahami arti sebenarnya dari meminta maaf dan menerima tanggung jawab atas tindakan mereka.

5. Menatap Mata Lawan Bicara

Menatap mata lawan bicara bukan hanya sekadar teknik komunikasi, tetapi juga merupakan cara untuk menunjukkan ketertarikan dan menghargai orang yang sedang berbicara. Saat anak-anak diajarkan untuk menatap mata lawan bicara, mereka belajar untuk fokus dan terlibat secara aktif dalam percakapan, sehingga memperkuat keterampilan komunikasi mereka.

Selain itu, menatap mata juga membantu mereka memahami ekspresi wajah dan bahasa tubuh, yang merupakan komponen penting dalam memahami makna dari apa yang sedang dikatakan.

Dengan memperhatikan ekspresi dan reaksi lawan bicara, anak-anak dapat merespons dengan lebih tepat dan penuh empati, sehingga memperkuat hubungan interpersonal mereka. Dengan demikian, mengajarkan anak-anak untuk menatap mata lawan bicara tidak hanya membantu mereka menjadi komunikator yang lebih efektif, tetapi juga membentuk sikap  menghargai perasaan dan pandangan orang lain dalam interaksi sehari-hari.

6. Tidak Menyela Pembicaraan Orang Lain

Tidak menyela pembicaraan orang lain merupakan prinsip dasar dalam berkomunikasi yang efektif. Ketika seseorang berbicara, itu adalah saat untuk memberikan mereka perhatian penuh dan mendengarkan dengan baik apa yang ingin mereka sampaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun